MAKALAH
KONSEP KEBIDANAN
HASIL WAWANCARA DENGAN BPM
HASIL WAWANCARA DENGAN BPM
![]() |
Disusun
Oleh :
1.
Medelin I. P. (15150011)
2.
Lilis P. (15150012)
3.
Windi R. A. (15150013)
4.
Wilhelmina N. (15150014)
5.
Sebastiana D. (15150015)
6.
Ulfia I. L. W. (15150016)
7.
Wilhelmina Y. (15150017)
8.
Linka Asmara (15150018)
9.
Sonia Dora C. (15150019)
10.
Puput Sri U. (15150020)
11.
Desnyanti G. (15150042)
Prodi D3 Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta
2015/2016
Kata Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha ESA, karena atas berkat rahmat
dan kasihNya, sehinggga kami akhirnya dapat menyelesaikan makalah hasil
wawancara dengan bidan praktek mandiri.
Makalah hasil wawancara dalam instrumen praktek belajar lapangan dan panduan
wawancara ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah “KONSEP KEBIDANAN” yang
diampu oleh ibu Ian Rossalia Pradita Puteri, SST, M. Kes. Dalam makalah ini
kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan hal-hal yang
perlu ditambahkan, karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Oleh
karena itu banyak kritik dan saran yang kami harapkan dari para pembaca.
Akhir
kata kami sebagai penyusun mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan makalah ini dan besar harapan kami semoga
makalah ini bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan tentang instrumen praktik
lapangan. Semoga Tuhan senantiasa memberikan rahmatNya kepada kita semua.
Daftar Isi
Cover..................................................................................................................
i
Kata
Pengantar...................................................................................................
ii
Daftar
Isi............................................................................................................
iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang..................................................................................
1.2 Tujuan...............................................................................................
1.3
Manfaat.............................................................................................
BAB II Isi
2.1 Filosofi
Bidan dan Kebidanan..........................................................
2.2 Profesi dan
Professional...................................................................
2.3 Ruang
Lingkup
Kebidanan...............................................................
2.4 Manajemen
Kebidanan..................................................................... 2.5 Konseptual Model
Asuhan Kebidanan.............................................
BAB III Pembahasan
3.1 Hasil
Wawancara..............................................................................
BAB IV Penutup
4.1 Kesimpulan
dan Saran......................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Dalam kanca kesehatan,
etika, profesional, kesopanan, keramahan, keterampilan adalah modal utama. Tapi
selain itu, bidan juga punya penuntun yang dapat digunakan dalam memberikan
asuhan kepada pasiennya, salah satunya adalah Standart Praktek Kebidanan
Permenkes tahun 2002, tentang ruang lingkup Kebidanan dalam pemberian asuhan.
Berdasarkan dengan panduan tersebut maka bidan dapat memberikan asuhan dengan
legal dan tidak perlu adanya pencekalaan. Tugas bidan sendiri tidak saja
mandiri, tetapi ada juga tugas kolaborasi baik dengan teman sejawat atau lintas
sektoral maupun dengan dokter obgin. Jadi dengan demikian bidan yang kita
ciptakan memiliki keterampilan dan dedikasi tinggi, sehingga tidak mengecewakan
masyarakat pada umumnya.
Perkembangan pelayanan
dan pendidikan kebidanan nasional maupun international terjadi begitu cepat.
Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan
merupakan hal yang penting untuk dipelajari oleh petugas kesehatan khususnya
bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan. Salah
satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan
kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil
dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar
25-50%. Mengingat hal di atas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah
perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga
terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi di berbagai catatan pelayanan
wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya melalui
pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk
meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan
jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
1.2
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Untuk mengetahui dan memahami konsep kebidanan sebagai dasar dalam
praktik kebidanan
2. Tujuan Khusus
Ø
Untuk memenuhi tugas kelompok
Konsep Kebidanan
Ø
Untuk mengetahui filosofi bidan
dan kebidanan
Ø
Untuk mengetahui lingkup
praktik kebidanan
Ø
Untuk mengetahui pengertian
ruang lingkup praktik kebidanana
Ø
Untuk mengetahui manajemen
kebidanan
Ø
Untuk mengetahui konseptual
model asuhan kebidanan
1.3
Manfaat
Agar mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang konsep kebidanan
dalam asuhan kebidanan dan juga dalam Lingkup Praktek Kebidanan.
BAB II
Isi
2.1
Filosofi Bidan dan kebidanan
a.
Pengertian Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifiasi dan diberi ijin untuk
menjalankan praktik kebidanan di negeri itu.
b.
Kebidanan
Merupakan bentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu (ilmu
kedokteran, keperawatan, sosial, perilaku, budaya, ilmu kesehatan masyarakat,
ilmu manajemen).
c.
Pelayanan Kebidanan
Pelayanan Kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan.
d.
Praktik Kebidanan
Praktik Kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan
pelayanan terhadap terhadap klien dengan pendekatan manajemen kebidanan.
e.
Manajemen Kebidanan
Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis.
f.
Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien.
g.
Praktik pelayanan kebidanan
Praktik Pelayanan Kebidanan adalah praktik pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
ibu dalam kurun waktu masa reproduksi dan BBL.
Kebidanan adalah :
1.
Suatu pelayanan : dasar ilmu
pengetahuan
2.
Tanggap terhadap perubahan
zaman dan kompleks tim
3.
Praktisi yang mandiri
4.
Kerjasama dengan tim kesehatan
yang lain
5.
Saling menghargai peran fungsi
: standard pelayanan kesehatan.
Prinsip
dasar filosofi kebidanan
Ø
Hubungan antara ibu dan bidan
adalah dasar dalam memberikan asuhan yang baik.
Ø
Ibu adalah focus dalam
memberikan asuhan.
Ø
Memberikan pilihan pada ibu
untuk melahirkan.
Ø
Menggunakan seluruh
keterampilan bidan
Ø
Asuhan yang berkesinambungan.
Ø
Asuhan dasar komunitas.
Ø
Bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan.
Ø
Memberikan asuhan yang ramah
kepada ibu dan bayinya.
2.2 Profesi dan Professional
A.
PROFESI
a. Pengertian Profesi
Didalam suatu profesi hanya
terdapat satu organisasi profesi yang para anggotanya berasal dari satu
profesi, dalam arti telah menyelesaikan pendidikan dengan dasar ilmu yang sama.
Ø Misi utama organisas iprofesi adalah untuk merumuskan kode etik dan kompetensi profesiserta memperjuangkan
otonomi profesi.
Ø Kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan serta merumuskan standar pelayanan profesi, standar
pendidikan dan pelatihan profesi serta
menetapkan kebijakan profesi
Organisasi profesi mempunyai peran dan fungsi antara lain sebagai :
1.
Pembina, pengembang dan
pengawas terhadap mutu pendidikan
profesi tersebut.
2.
Pembina, pengembang dan
pengawas terhadap pelayanan profesi
tsb.
3.
Pembina dan pengembang dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi
profesi tersebut.
4.
Pembina, pengembang dan
pengawas kehidupan profesi.
b. Bidan dalam hal profesi
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus.
Sebagai pelayan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan
mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:
Ø
Selalu mengedepankan fungsi ibu
sebagai pendidik bagi anak-anaknya
Ø
Memiliki kode etik dengan
serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat
melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu
Ø
Keberadaan bidan diakui
memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan
mutu pelayanan kepada masyarakat
Ø
Anggotanya menerima jasa atas
pelayanan yang dilakukan dengan tetap
memegang teguh kode etik profesi.
c. Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :
Ø
Bidan disiapkan melalui
pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara professional
Ø
Bidan memiliki alat yang
dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya,
yaitu standar pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika kebidanan
Ø
Bidan memiliki kelompok
pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya
Ø
Bidan memiliki kewenangan dalam
menjalankan tugasnya
Ø
Bidan memberi pelayanan yang
aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
Ø
Bidan memiliki organisasi
profesi
Ø
Bidan memiliki karakteristik
yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat
Ø
Profesi bidan dijadikan sebagai
suatu pekerjaan dan sumber utama penghidupan.
B. Professional Bidan
a.
Definisi Profesionalisme
Seorang Bidan
Profesionalisme berarti memiliki sifat profesional / ahli secara
popular seorang pekerja apapun sering dikatakan profesional, seorang
profesional dalam bahasa keseharian adalah seorang pekerja yang terampil atau
cakap dalam kerjanya biarpun keterampilan tersebut produk dari fungsi minat dan
belajar dari kebiasaan.
Bidan sebagai tenaga profesional termasuk rumpun kesehatan, untuk
menjadi jabatan professional memiliki 9
syarat bidan profesional, meliputi :
Ø
Ilmu sosial, budaya, kesehatan
masyarakat, konsep kebidanan, etika kode etik, kebidanan yang membentuk dasar
dari asuhan yang berkualitas.
Ø
Asuhan ibu hamil (antenatal
care)
Ø
Asuhan kebidanan ibu melahirkan
(intranatal)
Kebidanan
asuhan ibu nifas menyusui
Ø
Asuhan bayi lahir
Ø
Asuhan pada bayi balita
Ø
Keluarga berencana
Ø
Gangguan sistem reproduksi
Ø
Kebidanan komunitas
c.
Syarat Bidan Profesional
Ø
Memberi pelayanan kepada
masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis.
Ø
Melalui jenjang pendidikan yang
menyiapkan.
Ø
Keberadaannya diakui dan
diperlukan masyarakat.
Ø
Mempunyai peran dan fungsi yang
jelas.
Ø
Mempunyai kewenangan yang
disahkan atau diberikan oleh pemerintah.
Ø
Memiliki organisasi profesi
sebagai wadah.
Ø
Memiliki kode etik bidan.
Ø
Memiliki etika bidan.
Ø
Memiliki standar pelayanan.
Ø
Memiliki standar praktik.
Ø
Memiliki standar pendidikan
yang mendasari dan mengembangkan profesi
sebagai kebutuhan masyarakat.
Ø
Memiliki standar pendidikan
berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.
d.
Tanggung Jawab Bidan
Profesional
Ø
Menjaga agar pengetahuannya
tetap up to date terus menembangkan keterampilan
dan kemahirannya agar bertambah luas serta mencakup semua aspek peran seorang bidan.
Ø
Mengenali batas-batas
pengetahuan, keterampilan pribadinya dan tidak berupaya
melampaui wewenangnya dalam praktik klinik.
Ø
Menerima tanggung jawab untuk
mengambil keputusan serta konsekuensi
dalam keputusan tersebut.
Ø
Berkomunikasi dengan pekerja
kesehatan lainnya (Bidan, dokter dan perawat)
dengan rasa hormat dan martabat.
Ø
Memelihara kerjasama yang baik
dengan staf kesehatan dan rumah sakit
pendukung untuk memastikan sistem rujukan yang optimal.
Ø
Melaksanakan kegiatan
pemantauan mutu yang mencakup penilaian sejawat,
pendidikan berkesinambungan, mengkaji ulang kasus audit maternal/perinatal.
Ø
Bekerjasama dengan masyarakat
tempat bidang praktek, meningkatkan akses
dan mutu asuhan kebidanan.
Ø
Menjadi bagian dari upaya
meningkatkan status wanita, kondisi hidup mereka
dan menghilangkan praktik kultur yang sudah terbukti merugikan kaum wanita.
2.3
Ruang Lingkup Kebidanan
1.
Ruang Lingkup Praktik Kebidanan
Ruang lingkup praktik kebidanan adalah batasan dari kewenangan bidan
dalam menjalankan praktiknya yang berkaitan dengan upaya pelayanan kebidanan
dan jenis pelayanan kebidanan..
Dalam melaksanakan praktik, bidan memberikan asuhan sesuai dengan
kebutuhan terhadap wanita pada masa prakonsepsi, masa hamil, melahirkan dan
postpartum, maupun masa interval, melaksanakan pertolongan persalingan di bawah
tanggung jawabnya sendiri dan memberikan asuhan pada bayi baru lahir, bayi dan
anak balita dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia/generasi penerus yang
berkualitas. Asuhan tersebut termasuk tindakan pemeliharaan, pencegahan,
deteksi, serta intervensi dan rujukan pada keadaan resiko tinggi termasuk
kegawatan pada ibu dan anak.
2.
Sasaran Praktik Kebidanan
Sasaran praktik kebidanan adalah individu yang termasuk dalam
sasaran tersebut yaitu remaja dalam masa pra-nikah. Kelurga yang termasuk yaitu
Ibu hamil, ibu masa bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir(bbl) dan balita, ibu
dengan kebutuhan KB dan dalam masa lansia. Masyarakat meliputi upaya
peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan.
3.
Lahan Praktik Pelayanan
Kebidanan
Lahan praktik pelayanan kebidanan merupakan tempat dimana bidan
menerapkan ilmu dalam memberikan pelayanan kebidanan/asuhan kebidanan kepada
klien dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Tempat tersebut meliputi:
1)
Rumah Sakit
2)
Puskesmas
3)
RB (Rumah Bersalin)
4)
Poliklinik
5)
BPS (Bidan Praktik Swasta)
6)
Polindes
7)
Posyandu
4.
Perkembangan Dalam Praktik
Kebidanan
1. Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Indonesia
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak-anak. Layanan
kebidanan yang tepat akan meningkatan keamanan dan kesejahteraan ibu dan
bayinya. Layanan kebidanan oleh bidan dapat dibedakan meliputi:
a.
Layanan kebidanan primer yaitu
layanan yang diberikan sepenuhnya
atas tanggung jawab bidan.
b.
Layanan kolaborasi yaitu
layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai
anggota tim secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan
c.
Layanan kebidanan rujukan yaitu
merupakan pengalihan tanggung jwab
layanan oleh bidan kepada sistem layanan yang lebih
tinggi atau yang lebih kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan.
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada
kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang
bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat.
Permenkes
tersebut dimulai dari:
a)
Permenkes No. 5380/IX/1963,
wewenang bidan terbatas pada pertolongan
persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas
lain
b)
Permenkes No. 363/IX/1980, yang
kemudian diubah menjadi Permenkes
623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu wewenang umum dan khusus ditetapkan bila bidan meklaksanakan tindakan khusus di bawah
pengawasan dokter. Pelaksanaan
dari Permenkes ini, bidan dalam melaksanakan praktek
perorangan di bawah pengawasan dokter
c)
Permenkes No. 572/VI/1996,
wewenang ini mengatur tentang registrasi
dan praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya
diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut
disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan.
Dalam wewenang tersebut mencakup :
1)
Pelayanan kebidanan yang
meliputi pelayanan ibu dan anak.
2)
Pelayanan Keluarga Berencana
3)
Pelayanan Kesehatan Masyarakat
d)
Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002
tentang registrasi dan praktek
bidan revisi dari Permenkes No. 572/VI/1996. Dalam
melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya.
Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Pencapaian kemampuan bidan sesuai dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah, karena kewenangan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai tenaga profesional dan mandiri.
5.
Pelayanan Kebidanan
Perawatan zaman dahulu atau sekarang dilakukan oleh dukun pria atau
dukun wanita, dukun menjalankan perawatanya biasanya dirumah penderita atau di
rawat di rumah dukunnya sendiri. Cara-cara mengobati penderita itu sendiri
antara lain:
1) Dengan membaca mantra-mantra memohon pertolongan kepada Tuhan YME
2) Dengan cara mengusir setan-setan yang mengganggu dengan menyajikan kurban-kurban di tempat
itu, macamnya kurban ditentukan oleh
dukun.
3) Melakukan massage/mengurut penderita.
4) Penderita harus melakukan pantangan atau diet yang oleh dukun itu pula.
5) Kadang-kadang dukun bertapa untuk mendapatkan ilham cara bagaimana menyembuhkan penderita itu.
6) Memakai obat-obatan banyak dipakai dari tumbuh-tumbuhan yang segar dari daun mudanya, batang, kembang
akarnya
6.
Perawatan Kebidanan
a.
Kehamilan
Semua wanita hamil diadakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
oleh dukun bayi dan dukun memberikan nasehat-nasehat seperti:
·
Melakukan pantangan :
Ø
Pantangan makanan tertentu
Ø
Pantangan terhadap pakaian
Ø
Pantangan terhadap jangan pergi
malam
Ø
Pantangan jangan duduk di muka
pintu
·
Kenduri
Kenduri adalah sebuah tradisi yang sudah berjalan sekian puluh
tahun, mungkin malah sudah ratusan tahun. Tradisi ini masih banyak berlangsung
terutama di desa-desa. Hakekatnya sama, hanya istilahnya saja yang mungkin
berbeda. Pada intinya kenduri merupakan mekanisme sosial untuk merawat dan
menjga kebersamaan sehingga cita-cita yang sejak semua dibuat diteguhkan
kembali. Kenduri pertama kali dilakukan pada waktu hamil 3 bulan sebagai tanda
wanita itu hamil. Kenduri ke dua dilakukan pada waktu umur kehamilan 7 bulan.
b.
Perasalinan
Biasanya persalinan dilakukan dengan duduk di atas tikar, di lantai
dukun yang menolong menunggu sampai persalinan selesai. Cara bekerja dengannya
mengurut-ngurut perut ibu. Menekannya serta menarik anak apabila anak telah
kelihatan. Selama menolong dukun banyak membaca mantra-mantra. Setelah anak
lahir anak diciprati anak dengan air agar menangis. Tali pusat dipotong dengan
hinis atau bamboo kemudian tali pusatnya diberi kunyit sebagai desinfektan.
c.
Nifas
Setelah bersalin ibu dimandikan oleh dukun selanjutnya ibu sudah
harus bisa merawat dirinya sendiri lalu ibu di berikan juga jamu untuk
peredaran darah dan untuk laktasi Pelayanan Kebidanan di Indonesia Sejak dulu
sampai sekarang tenaga yang memegang peranan dalam pelayanan kebidanan ialah “
Dukun bayi “ ia merupakan tenaga terpercaya dalam lingkungannya terutama dalam
hal-hal yang berkaitan dengan reproduksi, kehamilan , persalinan dan nifas.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat
tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman
Gubernur jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam
pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak
adanya pelatih kebidanan. Praktek kebidanan modern masuk di Indonesia oleh
dokter-dokter Belanda. Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya
diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada
tahun 1849 dibuka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di RS Milliter Belanda,
sekarang RSPAD Gatot Subroto). Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter
tersebut, pada tahun 1851 di buka pendidikan Bidan bagi wanita pribumi di
Batavia oleh seorang Dokter milliter Belanda (Dr. W. Bosch). Lulusan ini
kemudian bekerja di Rumah Sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayan
kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan Bidan. Kursus bidan yang
pertama ini ditutup tahun 1873. Tahun 1879, dimulai pendidikan bidan. Tahun
1950 , setelah kemerdekaan, jumlah paramedis kurang lebih 4000 orang dan dokter
umum kurang lebih 475 orang dan dokter dalam bidang obsgyn hanya 6 orang, pada
tahun 1952, mulai diadakan pelatihan Bidan secara formal agar dapat
meningkatkan kualitas pertolonga persalinan. Kursus untuk dukun masih
berlangsung samapai dengan sekarang, yang memberikan kursus adalah Bidan.
Perubahan pengetahuan dan keteramilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak
secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenala
dengan istilah Kursus tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Jogjakarta yang
akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lain di Nusantara ini. Seiring
dengan pelatihan tersebut didirikan balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) dimana
bidan sebagi penanggung jawab pelayanana kepada masyarakat. Dari BKIA inilah
akhirnya mnejadi suatu pelayanan terintregrasi kepada masyarakat yang dinamakan
pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas pada tahun 1957.
Kegiatan BKIA yang dipimpin bidan adalah menyelenggarakan:
1)
Pemeriksaan Antenatal
2)
Pemeriksaan Post natal
3)
Pemeriksaan dan Pengawasan bayi
dan anak balita
4)
Kleuarga Berencana
5)
Penyuluhan Kesehatan
2.4 Manajemen Kebidanan
I.
Identifikasi dan analisis
masalah
Bila seorang pasien/klien datang meminta bantuan pada bidan, maka langkah
awal dari kegiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah kemudian
menganalisis masalah tersebut. Bidan mulai mewawancarai klien untuk menggali
data subjektif.
a.
Data subjektif
1)
Biodata mencakup identitas
klien :
a.
Nama yang jelas dan lengkap.
Bila perlu ditanyakan nama penggilan
sehari-hari. Bagi pasien anak, ditanyakan nama orant tua atau wali.
b.
Umur dicatat dalam hitungan
tahun. Untuk balita ditanyakan umur
dalam hitungan tahun dan bulan.
c.
Alamat ditanyakan untuk maksud
mempermudah hubungan bila
diperlukan keadaan mendesak. Dengan mengetahui alamat, bidan juga dapat mengetahui tempat tinggal dan lingkungannya.
d.
Pekerjaan klien ditanyakan
untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
pekerjaan terhadap permasalaha kesehatan pasien. Pekerjaan orang tua bila pasien anak balita.
e.
Agama ditanyakan untuk
mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien.
Dengan diketahui
agama klien akan memudahkan bidan melakukan pendekatan
di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
f.
Pendidikan klien ditanyakan
untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi
sikap perilaku
kesehatan seseorang. Untuk anak balita perlu ditanyakan
pendidikan orang tua atau walinya.
2) Riwayat menstruasi
Hal yang perlu ditanyakan : menarche, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya darah yang keluar, aliran darah yang keluar, mentruasi terakhir,
adakah dismenorhe, gangguan sewaktu menstruasi (metrorhagi, menoraghi), gejala
premenstrual.
3) Riwayat perkawinan
Kawin :
……………. Kali
Usia kawin pertama : …………….
Kali
4) Riwayat kehamilan dan persalinan
Ø
Jumlah kehamilan dan kelahiran
: G (gravid), P (para), A (abortus),
H (hidup).
Ø
Riwayat persalinan yaitu jarak
antara dua kelahiran, tempat melahirkan,
lamanya melahirkan, cara melahirkan.
Ø
Masalah/gangguan kesehatan yang
timbul sewaktu hamil dan melahirkan,
missal : preeklampsi, infeksi, dll.
5)
Riwayat ginekologi
Pengalaman yang berkaitan dengan penyakit kandungan mencakup :
infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker, system reproduksi, operasi
ginekologis.
6)
Riwayat keluarga berencana
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi,
efek samping, alas an berhenti (bila tidak memakai lagi), lamanya menggunakan
alat kontrasepsi.
7)
Riwayat kehamilan sekarang
Waktu mandapat haid terakhir, keluhan berkaitan dengan kehamilan.
8)
Gambaran penyakit yang lalu.
Ditanyakan untuk mengetahui apakh ada hubungannya dengan masalah
yang dihadapi oleh klien. Misalnya penyakit campak atau cacar air sewaktu
kecil, penyakit jantung, hipertensi, dll. Apakah pernah diirawat di RS ? kapan
? berapa lama ? penyakit apa ? dan lain sebagainya.
9)
Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit terhadap
gangguan kesehatan pasien. Riwayat keluarga yang perlu ditanyakan misalnya
jantung, diabetes, ginjal, kelainan bawaan, kehamilan kembar.
10)
Keadaan sosial budaya
Untuk mengetahui keadaan psikososial perlu ditanyakan antara lain :
jumlah anggota keluarga, dukungan moral dan material dari keluarga, pandangan,
dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan, kebiasaan-kebiasaan yang
menguntungkan dan merugikan, pandangan terhadap kehamilan, persalinan dan anak
baru lahir.
b.
Data objektif
Data objektif dikumpulkan melalui :
Ø
Pemeriksaan fisik
Ø
Pemeriksaan khusus.
Ø
Pemeriksaan penunjang.
II.
Diagnosis
Di dalam diagnosis unsur-unsur berikut perlu dicantumkan yaitu :
·
Keadaan pasien / klien (khusus
bagi ibu hamil dan melahirkan termasuk
keadaan bayinya).
·
Masalah utama dan penyebabnya.
·
Masalah potensial.
III.
Rencana tindakan
Berdasarkan diagnosis yang
telah ditegakkan, bidan menyusun rencana tindakan yang harus dilakukan kepada
kliennya. Rencana tindakan tersebut berisikan tujuan dan hasil yang akan
dicapai dan langkah-langkah kegiatan termasuk rencana evaluasi.
Tujuan di dalam rencana
kegiatan menunjukkan perbaikan-perbaikan yang diharapkan. Misalnya, tujuan
asuhan pada ibu dalam keadaan inpartu adalah menyelesaikan persalinan dengan
baik. Hasil dari tindakan adalah ibu yang melahirkan dan anak yang dilahirkan
dalam keadaan sehat dan selamat.
Langkah-langkah tindakan
dilakukan berdasarkan masalah yang dihadapi oleh pasien / klien.
Langkah-langkah tindakan merupakan upaya intervensi untuk mengatasi masalah.
Misalnya, ibu yang dalam keadaan inpartu, dan kurang siap untuk melahirkan
secara fisiologis, maka di dalam langkah-langkah tindakan yang dilakukan oleh
bidan ialah member dorongan agar ibu memiliki kemampuan kuat untuk melahirkan
dan kemudian memberikan bimbingan dalam menyelesaikan persalinan.
Rencana evaluasi dibuat
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan dilakukan.
Di dalam rencana evaluasi
ditentukan sasaran yang akan dicapai. Misalnya, dalam evaluasi ibu di masa
persalinan, maka criteria evaluasi antara lain :
·
Tekanan darah, denyut nadi
dalam batas normal.
·
Keadaan his : kekuatan, frekuensi,
dan lamanya semakin bertambah sewaktu mendekati kala II.
·
DJJ harus selalu positif.
·
Turunnya kepala bayi semakin
maju melalui saluran persalinan.
·
Pembukaan serviks semakin
melebar (lengkap dengan garis menengah
sekitar 10 cm )
IV.
Tindakan pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan oelh bidan sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang telah lazim diikuti
atau dilakukan. Misalnya, di dalam melakukan tindakan pada kasus partus kala
II, bidan melakukan prosedur :
Ø
Ibu mengedan sewaktu his
menguat
Ø
Menekan dinding perineum agar
tidak robek
Ø
Mempermudah gerak rotasi kepala
bayi
Ø
Mengeluarkan bahu dan
seterusnya sampai bayi lahir dengan sempurna.
Di dalam tahap ini, bidan melakukan observasi sesuai dengan criteria
evaluasi yang telah direncanakan. Bila bidan perlu memberikan infus atau
pemberian obat, maka tindajan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur tetap
yang berlaku.
Berbagai hal yang perlu mendapat perhatian di dalam tahap
pelaksanaan ini ialah :
a.
Intervensi yang dilakukan harus verdasarkan
prosedur tetap yang lazim dilakukan.
b.
Pengamantan dilakukan secara
cermat dan tepat sesuai dengan criteria
evaluasi yang ditetapkan.
c.
Pengendalian keadaan
pasien/klien sehingga secara berangsur- angsur
menuju kondisi kesehatan yang diharapakn.
Di dalam melaksanakan tindakan, bidan dapat melakukan asuhan secara
mandiri untuk kasus-kasus yang di dalam batas kewenangannya. Bila bidan
menemukan kasus di luar batas kewenangannya di dalam melakukan tindakan, maka
pasien/klien tersebut dirujuk ke rumah sakit (dengan dokter atau tenaga
kesehatan lainnya pada kasus-kasus tertentu.
V.
Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi
sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan di dalam rencana kegiatan. Tujuan
evaluasi adalah untuk mengetahui kemajuan hasil dari tindakan yang dilakukan.
Semakin dekat hasil tindakan yang dilakukan dengan sasaran yang ditetapkan
didalam criteria evaluasi, tindakan akan mendekati keberhasilan yang
diharapakan.
Misalnya, ibu telah
menyelesaikan persalinan. Di dalam evaluasi menunjukkan tekanan darah dan
denyut nadi normal, bayi lahir dengan selamat dan tidak ada kelainan, serta
plasenta keluar denganspontan, dan tidak terjadi pendarahan setelah partus.
Maka hasil evaluasi menunjukkan bahwa tujuan
pertolongan persalinan tercapai, dan hasilnya ibu dapat menyelesaikan
persalinan dengan selamat dalam keadaan sehat, disertai bayi yang dilahirkan
juga dalam keadaan sehat.
Hasil evaluasi dapat digunakan untuk kegiatan
asuhan lebih lanjut bila diperlukan, atau sebagai bahan peninjauan terhadap
langkah-langkah di dalam proses manajemen sebelumnya oleh karena tindakan yang
dilakukan kurang berhasil.
2.5 Konseptual Model Asuhan Kebidanan
A.
Defenisi Model Konseptual
Asuhan Kebidanan
Model adalah contoh atau
peraga untuk menggambarkan sesuatu.Konseptual model asuhan kebidanan adalah
suatu bentuk pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bian(filosofi
asuhan kebidanan ) meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma
kesehatan(manusia-prilaku,lingkungan dan pelayanan kesehatan.
Model konseptual kebidanan adalah :Gambaran abstrak suatu ide yang
menjadi dasar suatu disiplin ilmu
Model konseptual kebidanan biasanya berkembang dari teori dasar
intuitif keilmuan yang sering kali disimpulkan dalam kerangka acuan disiplin
ilmu yang bersangkutan (Fawcett, 1992)
Model memberikan kerangka untuk memahami dan mengembangkan praktik
guna membimbing tindakan dalam pendidikan untuk mengidentifikasi pertanyaan
yang harus dijawab dalam penelitian.
Kegunaan model konseptual adalah :Untuk menggambarkan beberapa aspek
(konkret maupun abstrak). Merupakan gagasan mental sebagai bagian deri teori
yang membantu ilmu-ilmu social mengonsep dalam menyamakan aspek-aspek proses
social. Menggambarkan suatu kenyataan gambaran abstrak sehingga banyak
digunakan disiplin ilmu lain sebagai parameter garis besar praktik.
B.
Asuhan Kebidanan (midwifery
care)
Care dalam bahasa Inggris mempunyai
arti memelihra,mengawasai,memperhatikan dengan sepenuhnya. Dihubungkan dengan
kebidanan care disebut asuhan Bidan dalam memegang Prinsip Midwifery care
yaitu:
Ø
Mengakui dan mendukung
keterkaitan antara fisik ,psikis dan lingkungan
kultur social
Ø
Berasumsi bahwa mayoritas
wanita bersalinan ditolong tanpa intervensi
Ø
Mendukung dan meningkatkan
persalinan alami
Ø
Menggunakan pendekatan
pemecahan masalah yang dilandaskan ilmu dan
seni
Ø
Wanita punya kekuasaan yaitu
berlandaskan tanggung jawab bersama untuk
suatu pengambilan keputusan,tetapi wanita punya kontrol atau keputusan akhir mengenai keadaan dirinya
dan bayinya
Ø
Dibatasi oleh hukum dan ruang
lingkup praktik
Ø
Berprinsip women center care.
C. Bentuk Asuhan Kebidanan
Ø
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Asuhan ibu hamil oleh
bidan dilakukan dengan cara pengumpulan data, menetapkan diagnosis dan rencana
tindakan, serta melaksanakannya untuk menjamin keamanandam kepuasan serta
kesejahteraan ibu dan janin selama periode kehamilan
Ø
Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin
Asuhan persalinan oleh bidan dimulai dengan mengumpulkan data,
menginterpretasikan data untuk menentukan diagnosis persalinan dan
mengidentifikasikan masalah/kebutuhan, membuat rencana, dan melaksanakan
tindakan dengan memantau kemajuan persalinan serta menolong persalinan untuk
menjamin keamanan dan kepuasan ibu selama periode persalinan.
Ø
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru
Lahir
Asuhan bayi baru lahir oleh bidan dimulai dengan menilai kondisi
dayi, memfasilitasi terjadinya pernafasan spontan, mencegah hipotermia,
menfasilitasi kontak dini dan mencegah hipoksia sekunder, menetukan kelainan,
serta melakukan tindakan pertolongan dan merujuk sesuai kebutuhan.
Ø
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
Asuhan pada ibu nifas oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan, serta melaksanakanya untuk
mempercepat proses pemulihan dan mencegah komplikasi dengan memenuhi bebutuhan
ibu dan bayi selama periode nifas.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil Wawancara
Hasil wawancara praktik konsep kebidanan dari kelas A 12.1, pada
hari kamis tanggal 07 januari 2016 dan jumad 08 januari 2016 jam 18.00, di
BPM Bidan Mei Muhartani.
Tanggal 07 januari 2016
1.
Pengalaman ibu sebagai bidan
profesioanal dalam menghadapi kepanikan pasien yang baru datang pertama untuk
melahirkan:
Ø
Menghadapi kepanikan pasien
kita bidan melihat siapa yang datang dan mengantar pasien ibu hamil itu yang
panik itu siapa saja.
Ø
Melihat juga pengalaman dari
pasien, misalnya pasien ibu hamil itu baru pertama mau melahirkan pasri panik
atau sudah yang kedua atau ketiga dan seterusnya.
Ø
Memberikan komunikasi
teuperetik kepada pasien yang cemas,menenangkan pasien yang takut dalam menghadapi persalinan dengan
mengatakan misalnya bahwa proses persalinan itu adalah hal yang normal, natural,
dan melihat kondisi pasien selama itu masih normal.
Ø
Melihat juga hasil pemeriksaan
dari ibu selama kehamilan ada kelainan atau tidak sehingga ibu bisa di tolong
di klinik.
Ø
Menyampaikan kepada ibu bahwa
persalinan itu sebuah proses persalinan itu tidak dapat di prediksi bahwa akan
terjadi baik atau tidak, sehingga selalu di minta data pasien. Terutama juga
persetujuan dan tanda tangan dari pihak keluarga (inform consent).
Ø
Memberitahu pasien juga
fasilitas penunjang yang ada di klinik.
2.
Bagaimana dengan pasien yang
datang, apa langsung di terima:
Ø
Tidak semuanya, di Tanya
keinginan pasien apa pasienya mau untuk di rawat di klinik atau tidak.
Ø
Meminta data dan juga tetap
menandatangani inform consent
3.
Tips ibu bidan dalam menjadi
pendamping wanita:
Ø
Komunikasi yang baik dengan
pasien, maka pasien akan percaya dengan kita.
Ø
Menjalin hubungan personal
dengan pasien sehinggah mengenalnya lebih dalam.
Ø
Menunjukan ilmu dan
keterampilan kita kepada pasien, dan tetap berprinsip bahwa pelayanan kita itu
punya prosedur dan standarnya.
Ø
Melakukan pelayanan dengan
standar-standar kompetensi bidan yang baik sehingga menghasilkan pelayana yang
berkualitas bukan asala-asal saja pelayanannya.
Ø
Memberi kepercayaan juga kepada
pasien dengan memberitahu apa saja fasilitas yang mendukung di klinik kita,
fasilitas pelayanan ibu hamul, melahirkan, immunisasi, KB, kesehatan reproduksi
wanita, tumbuh kembang anak.
4.
Peran ibu dalam upaya pelayanan
kesehatan di klinik:
Ø
Sebagai pimpinan, sekaligus
sebagai manejer yang menjalankan klinik.
Ø
Sebagai pegawai juga yang
bertugas untuk jaga malam
5.
Kasus apa saja yang di
konsultasi ke pihak lain ;
Ø
Dalam kebidanan
Ø
Dalam persalinan
Ø
Dalam nifas
6.
Standard SOAP yang di berikan
kepada pasien yang datang ke klinik bidan :
Ø
Memberikan pelayanan secara
umum misalnya pasien yang datang mau memeriksa kehamilan, kita beri asuhan
kehamilan dari data subyektif, data obyektif,
Tanggal 08 januari 2016
1.
Dalam pelayanan kesehatan apa
saja yang diberikan pada balita?
Ø
Pelayanan balita sehat
Ø
Pertumbuhan Baik
Ø
Sakit (balita sakit) dengan
memakai asuhan kebidanan
2.
Untuk pelayanan kesehatan pada
remaja yang pernah diberikan di tempat ini seperti apa dan contohnya: Untuk reproduksi remaja biasanya konseling
masalah reproduksi
3.
Dalam bentuk apa pelayanan kesehatan bagi wanita hamil yang
diberikan disini di klinik bidan :
Ø
Meliputi pemeriksaan anak
Ø
Pemeriksaan-Pemeriksaan
Penunjang
Ø
Pemeriksaan laboratorium
seperti urin, reproduksi, imunisasi TT, HB, dan HIV
4.
Dalam bentuk apa
pelayanan kesehatan bagi wanita melahirkan yang diberikan diklinik bidan:
Ø
Asuhan
persalinan normal dan
Ø
BBL
Ø
Penanganan
Emergency
Ø
Pendarahan
pasang infus
Ø
Diatasi
sebelum dirujuk
5.
Dalam
bentuk apa pelayanan kesehatan bagi wanita nifas yang diberikan di klinik
bidan:
Memberikan asuhan pada ibu nifas berupa perawatan payudara, kecukupan
ASI atau tidak, Pemeriksaan jalan lahir, bekas jahitan, cara menyusui, dan
memberikan KB.
6.
Dalam
bentuk apa pelayanan kesehatan bagi wanita menyusui yang diberikan diklinik
bidan :
Mengajari tentang ASI ekslusif 6 bulan, cara menyusui baik dan benar,
konseling tentang gizi (seperti makanan bergizi), dan pijat oksitosin
7.
Dalam
bentuk apa bu, pelayanan kesehatan bagi wanita lanjut usia yang pernah
diberikan diklinik bidan :
Mengajari tentang masalah menopause dan masalah deteksi leher rahim
8.
Promosi
dan penkes bagi ibu, keluarga dan masyarakat:
Ø
Menghadapi
Kehamilan
Ø
Menghadapi
persalinan
Ø
Menyusui
Ø
Menjadi
orang tua
Ø
Kesehatan
perempuan
Ø
KB
Ø
Kesehatan
bayi
9.
Contoh
promosi kesehatan apa yang biasa ibu lakukan?
Memberikan Konseling kesehatan bagi ibu , kb , bersalin dan setelah
bersalin , memberikan konsling kepada pasien sebelum pulang , memberi informasi
kesehatan kepada masyarakat,
Contohnya : mengadakan kerja sama dengan BPJS ,sehingga pasien yang
memiliki BPJS boleh berobat atau berkunjung ke BPMnya ibu memberikan pelyanan
yang baik bagi pasien yang berkunjung dipuskesmas, jika ada pasien yang ke
puskesmas maka dari pihak puskesmas memberikan rujukan kepada BPMnya ibu.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan dan Saran
Perkembangan pelayanan dan pendidikan
kebidanan nasional maupun international terjadi begitu cepat. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal
yang penting untuk dipelajari oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang
bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan, sehingga dalam
makalah ini kami sebagai kelompok menyimpulkan bahwa seorang bidan dalam
pelayanannya tettap mengikuti standard dan asuhan kebidanan yang ada dalam
konsep kebidanan. Seperti dalam hasil wawancara yang telah di lakukan oleh
kelas A12.1 di BPM bidan Mei Muhartanti.
Kami dari kelompok juga menyadari bahwa
sangat banyak kekurangan dalam makalah ini karena itu kami mohon agar di baca
dan di koreksi jika ada kata atau kalimat yang tidak sesuai dengan harapan dari
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Soepardan,
Suryani. (2006). Konsep Kebidanan. Bandung: ECG
Ø
A. Aziz
Alimul Hidayat. (2002). Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Ø
A. Aziz Alimul
Hidayat (2002), Pengantar Pedidikan Keperawatan, Jakarta: CV. Sagung Selo,
Ø
Alfaro
Rosalida (2002), Application of Nursing Procces, A Step By Step Guide,
Philadelphia, JB Lippicott
Ø
Asri
Hidayat, dan Mufdlilah 2008. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan
Delima. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Ø
Arsinah,
dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ø
Bart smet.
(1994). Psikolog Kesehatan. PT Grasindo. Jakarta.
Ø
Dadang
Hawari. (2001). Manajemen Stress, Cemas & Depresi, FKUI Jakarta.
Ø
Julia B.
George. (1989). Nursing theories the Base of Professional Nursing Practise.
Third edition. New Jersey
Ø
Kozioner
B. (1997). Fundamental of nursing Concep
and Procedure, California Anderson Wesley Publishing co
Ø
Le ode
Jumadi gattar (1999). Pengantar keperawatan
professional, EGC, Jakarta
Ø
Nursalam
(2001). Proses dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek. Jakarta: Salemba
Medica.
Ø
Soepardan,
Suryani, 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.
Ø
Sujianti,
dan Susanti, 2009. Buku Ajar Konsep Kebidanan ”Teori & Aplikasi”.
Yogyakarta: Nusa Medika.Fadilah, Siti. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan
Tentang. Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar