KATA
PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmatNya dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ Asuhan Pada Bayi Baru Lahir dan Bounding Attachement “ Ini
dapat terselesaikan dengan baik meskipun banyak kendala dan hambatan yang
dihadapi pada saat penulisan makalah ini.
Sebelumnya kami ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada Dosen Pembimbing khususnya mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Pra Sekolah, serta semua pihak yang telah membantu baik
dukungan moral maupun dukungan tenaga selama penyusunan makalah ini.
Sungguh merupakan suatu kebanggaan dari kami apabila
makalah ini dapat terpakai sesuai fungsinya, dan pembaca dapat mengerti dengan
jelas apa yang dibahas di dalamnya.
Kami sadar sepenuhnya bahwa makalah ini banyak memiliki
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan masukkan berupa saran dan kritik yang tentunya positif sifatnya
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Yogyakarta, 16 November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Sampul…………………………………………………………………………………………… 1
Kata Pengantar…..……………………………………………………………………………….. 2
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………. 3
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………
4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………….. 5
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………….....
5
BAB II Pembahasan
2.1 Rencana Asuhan Pada Bayi Baru
Lahir………………………………………………….. 6
2.2 Pengertian Bounding Attachment…………………………………………………….....
14
2.3 Kondisi Yang Mempengaruhi
Ikatan/Bounding Attachment…………………………... 15
2.4 Tahap-Tahap Bounding Attachment…………………………………………………….
16
2.5 Elemen-Elemen Bounding Attachment………………………………………………….16
2.6 Prinsip dan Upaya meningkatkan
Bounding Attachment………………………………..17
2.7 Dampat Positif Bounding Attachment…………………………………………………...17
2.8 Hambatan Bounding Attachment………………………………………………………..17
2.9 Cara Melakukan Bounding Attachment………………………………………………….18
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………20
3.2 Saran……………………………………………………………………………………..20
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………21
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan pada bayi 2-6 hari setelah
lahir harus dilakukan secara menyeluruh. Asuhan pada bayi 2-6 hari juga harus
diinformasikan dan diajarkan kepada orang tua bayi, sehingga saat kembali ke
rumah orang tua sudah siap dan dapat melaksanakannya sendiri.
Menurut UNICEF, ASI eksklusif dapat
menekan angka kematian bayi di Indonesia. UNICEF menyatakan bahwa 30.000
kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap
tahun bisa dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sejak
lahir tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi
Pemberian ASI saja cukup. Pada
periode usia 0-6 bulan, kebutuhan gizi bayi baik kualitas maupun kuantitas
terpenuhinya dari ASI saja, tanpa harus diberikan makanan ataupun minuman
lainnya. Pemberian makanan lain akan mengganggu produksi ASI dan mengurangi
kemampuan bayi untuk menghisap.
Bayi mulai memiliki pola eliminasi
pada minggu kedua kehidupannya. Orang tua harus mengetahui pola eliminasi
bayinya agar mengetahui keadaan bayi.
Selain itu mengingat pentingnya
kasih sayang (Bounding Attechment) antara ibu dan anak, dan masih kurangnya
pengetahuan masyarakat dengan hal tersebut, maka di dalam makalah ini akan
dibahas pengertian dan bagaimana cara mewujudkan kasih sayang tersebut.
Keterikatan kasih sayang bisa terwujud dari janin masih berada di dalam
kandungan dan untuk mempereratnya bayi yang baru lahir bisa dilakukan IMD
(inisiasi menyusu dini), dari hal tersebut selain manfaat ASI yang didapatkan
begitu besar juga sangat bermanfaat untuk psikologis ibu dan anak karena sebuah
kasih sayang bisa berawal dari sebuah sentuhan, dan dekapan ibu kepada anaknya
di saat dilakukan IMD.
Ikatan antara ibu dan bayinya telah
terjadi sejak masa kehamilan dan pada saat persalinan ikatan itu akan semakin
kuat. Bidan sebagai tenaga kesehatan dapat memfasilitasi perilaku ikatan awal
ini dengan cara menyediakan sebuah lingkungan yang mendukung sehingga kontak
dan interaksi yang baik dari orangtua kepada anak dapat terjadi. Jam pertama
setelah melahirkan mereka sangat waspada dan siap untuk mempelajari dunia baru
mereka. Jika tidak ada komplikasi yang serius setelah bayi lahir dapat langsung
diletakkan di atas perut ibu. Kontak segera ini akan sangat bermanfaat baik
bagi ibu maupun bayinya karena kontak kulit dengan kulit membantu bayi tetap
hangat.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
saja rencana asuhan bayi baru lahir?
2.
Apa
pengertian Bounding Attechment?
3.
Apa
saja prakondisi yang mempengaruhi ikatan / Bounding Attachment ?
6.
Apa
saja prinsip-prinsip dan upaya untuk meningkatkan Bounding Attachment?
7.
Apa
saja dampak positif bounding attachment?
1.3
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui apa saja rencana asuhan pada bayi baru lahir
2.
Untuk
mengetahui pengertian Bounding Attechment
3.
Untuk
mengetahui apa saja prakondisi yang mempengaruhi ikatan / Bounding Attachment
6.
Untuk
mengetahui apa saja prinsip-prinsip dan upaya untuk meningkatkan Bounding
Attachment
7.
Untuk
mengetahui dampak positif bounding attachment
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Rencana Asuhan Bayi Baru Lahir
Bayi Baru lahir adalah sebutan
untuk bayi yang masih berumur hari 2-6. Pada hari 2-6 setelah lahir ada hal-hal
yang perlu diperhatikan pada bayi. Asuhan pada bayi 2-6 hari ini harus di
informasikan dan diajarkan kepada orang tua agar orang tua pada saat di rumah
tidak salah dalam merawat bayinya. Asuhan yang dapat diberikan kepada bayi. Ada
beberapa rencan asuhan bayi 2-6 hari yaitu :
1.
Minum
(Pemberian ASI)
ASI memiliki konsentrasi zat besi,
kalsium dan zink yang sangat rendah. Namun, semua unsur ini memiliki
bioavibilitas sangat tinggi sehingga, diaborpsi secara efisien. Bayi-bayi yang
mendapatkan ASI tidak memerlukan suplemen zat besi sampai usia 4-6 bulan,
ketika simpanan prenatal telah habis digunakan untuk pertumbuhan yang pesat.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan
terbaik untuk bayi yang nilainya tidak bisa digantikan oleh apapun juga.
Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam menghasilkan manusia yang
berkualitas. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi.
Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil
menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini sebelum usia enam bulan.
a.
Manfaat
Pemberian ASI
1.
Manfaat
ASI Bagi Bayi
1)
ASI
Sebagai Nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang
sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas
maupun kuantitas.
2)
ASI
Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
ASI mengandung zat kekebalan yang
akan melindungi bayi dari berbagai penyakit. Kolostrum mengandung zat kekebalan
terutama (IgA) untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi khususnya
diare.
3)Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam
dekapan pada saat menyusu maka akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga
merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengarkan detak jantung
ibunya yang telah dikenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindungi dan
disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi membentuk
kepribadian yang percaya diri.
4)
ASI
menurunkan terjadinya risiko alergi
5)
ASI
menurunkan risiko terjadinya penyakit pada saluran cerna, seperti diare.
Laktobasilus berfungsi menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan seperti bakteri E. Coli yang sering
menyebabkan diare pada bayi. Laktoferin bermanfaat menghambat bakteri
stafilokokus dan jamur kandida
2.
Manfaat ASI Bagi Ibu
1)
Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
Apabila bayi disusui segera setelah
dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan
berkurang karena apabila ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang
berguna untuk kontraksi sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.
2) Mengurangi terjadinya anemia
Mengurangi kemungkinan terjadinya
kekurangan darah atau anemia karena menyusui mengurangi perdarahan.
3) Menjarangkan kehamilan
Menyusui merupakan cara kontrasepsi
yang murah, selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid maka menyusui akan
berguna sebagai alat kontrasepsi.
4) ASI lebih praktis
Ibu bisa jalan-jalan keluar rumah
tanpa harus membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air
panas dan lain-lain.
5) ASI lebih murah
Ibu tidak harus selalu membeli susu
kaleng dan perlengkapannya.
3.
Manfaat ASI Bagi Keluarga
1)
Tidak
perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu, kayu bakar, atau minyak
untuk merebus air, susu ataupun peralatan.
2)
Bayi
sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan
kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit.
3)
Memberikan
ASI pada bayi berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap
tersedia.
4)
Lebih
praktis ketika akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air panas, dan
lain-lain.
b.
Peran
Bidan dalam Pemberian ASI
1.
Memberikan konseling kepada ibu
Konseling yang dapat diberikan
kepada ibu yaitu :
1)
Biarkanlah bayi memperoleh kolostrum saat
menyusu
2)
Hindarkan pemberian makanan pralaktal (air gula,
air putih, madu, dll) sebelum ASI keluar, tapi usahakan bayi menghisap untuk merangsang
produksi ASI.
3)
Memberitahu ibu cara menyusui yang benar seperti
:
a)
Sebelum
menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan di sekitar
areola payudara.
b)
Bayi
dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu
c)
Satu
tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan.
d)
Perut
bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
e)
Membuka
mulut bayi dengan cara menyentuh pipi atau mulut bayi.
f)
Setelah
bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan
puting serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi
g)
Menyusui
pada satu payudara sampai terasa kosong, setelah itu diganti dengan payudara
yang satunya. Setiap payudara 15-25 menit.
h)
Cara
melepas isapan bayi ari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut
mulut/dagu bayi ditekan ke bawah.
i)
Setelah
selesai menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu
dan disekitar areola payudara, biarkan kering dengan sendirinya.
j)
Menyendawakan
bayi
4)
Berikan
hanya ASI saja selama 6 bulan pertama.
5)
Berikan
ASI tanpa dijadwalkan terutama selama 6 bulan pertama.
6)
Bagi
ibu yang bekerja maka beritahu ibu cara menyimpan ASI dan memberikan ASI.
7)
Ketahanan
ASI perah menurut tempat penyimpanan
a)
ASI
yang telah dikeluarkan dapat diletakkan di kamar/luar akan bertahan 6-8 jam
pada suhu 260C atau lebih rendah.
b)
ASI
yang telah dikeluarkan dan disimpan di dalam termos berisi es batu tahan 24
jam.
c)
ASI
yang disimpan di lemari es tempat buah di bagian paling dalam dimana tempat
yang terdingin tahan 3x24 jam
d)
ASI
yang disimpan di freezer yang mempunyai pintu terpisah sendiri tahan 3 bulan
e)
ASI
yang disimpan di freezer dengan satu pintu tahan 2 minggu
f)
ASI
yang disimpan di deep freezer akan tahan 6-12 bulan.
8)
Memberitahu
ibu lama dan frekuensi menyusui
Ibu harus menyusui sesering mungkin
kapan pun bayi menginginkannya. Artinya, paling tidak setiap 2-3 jam sekali dan
setiap 4-5 jam di malam hari dari 8-12 kali menyusui selama 24 jam.
Semakin sering bayi menyusu maka
ASI yang di produksi pun akan semakin banyak. Hal ini disebabkan oleh stimulasi
maksimum dari reseptor-reseptor prolaktin yang akan memicu produksi ASI dalam
jumlah sebanyak mungkin
9)
Memberitahu
tanda bayi yang cukup ASI
a)
Bayi
BAK setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda.
b)
Bayi
BAB berwarna kekuningan “berbiji”
c)
Bayi
tampak puas
d)
Bayi
setidaknya menyusu 8-12 kali dalam 24 jam
e)
Payudara
ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui
2.
Memberikan dukungan psikologi
Untuk menimbulkan rasa percaya diri
pada ibu maka bidan dan petugas kesehatan hendaknya memotivasi agar :
1)
Ibu
yakin bahwa dapat memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi
bayi.
2)
Ibu
mengetahui dan mengerti akan pertumbuhan dan perilaku bayi dan bagaimana seharusnya
menghadapi dan mengatasinya.
Dukungan
psikologis dapat diperoleh melalui :
1)
Keluarga
terdekat, terutama anggota keluarga wanita yang telah berpengalaman dan
berhasil menyusui.
2)
Suami
yang mengerti bahwa ASI dan menyusui paling baik untuk bayi, merupakan dorongan
yang baik untuk ibu agar lebih berhasil menyusui.
3)
Kelompok
pendukung ASI
4)
Petugas
kesehatan. Peranan petugas kesehatan sangat penting untuk membantu ibu-ibu
menyusui yang mengalami hambatan dalam menyusui.
2.
BAB
Bayi biasanya dalam 3 hari pertama BAB,
tinja masih mekonium dan normalnya bayi BAB paling sedikit 1x sehari. Untuk
membersihkannya gunakan air bersih hangat dan sabun. Frekuensi BAB normal
bervariasi pada satu bayi dengan bayi lain. Pada bayi yang hanya diberi ASI,
rata-rata 3-6 kali BAB. BAB bayi yang diberi ASI umumnya berwarna kuning emas.
Frekuensi BAB tidak normal yaitu setelah 2 hari tidak BAB atau BAB tiga hari 1
kali dan lebih dari 7 kali sehari.
Jumlah feses pada bayi baru lahir
cukup bervariasi selama minggu pertama. Feses transisi (kecil-kecil berwarna
coklat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan sejak ketiga sampai
keenam. Bayi baru lahir yang diberikan makan lebih awal akan lebih cepat
mengeluarkan tinja daripada bayi yang diberi makan kemudian. Tinja dari bayi
yang disusui lebih lunak berwarna kuning emas dan tidak menyebabkan iritasi
pada kulit bayi. Bagi bayi apabila defekasi setelah diberi makan defekasi 1 x 3
atau 4 hari walaupun demikian konsistensi tinja tetap lunak dan tidak
berbentuk. Tinja dari bayi yang minum susu botol berbentuk namun tetap lunak,
berwarna kuning pucat dan memiliki bau yang khas. Tinja ini cenderung
mengiritasi kulit bayi. Jumlah tinja akan berkurang pada minggu kedua dari 5
atau 6x defekasi setiap hari (1x defekasi setiap kali diberi makan) menjadi 1
atau 2x sehari. Bayi mulai memiliki pola defekasi pada minggu kedua
kehidupannya. Dengan tambahan makanan padat tinja bayi akan menyerupai tinja
orang dewasa.
Bila bayi yang sudah minum susu
formula mengeluarkan feses berbentuk cair, hal itu perlu dicurigai. Bisa jadi
bayi alergi terhadap susu formula yang dikonsumsinya atau susu tercampur
bakteri yang mengganggu usus. Kesulitan mendeteksi normal tidaknya feses
akan terjadi bila ibu memberikan ASI yang diselang seling susu formula. Misalnya
akan sulit menentukan apakah feses yang cair/mencret itu berasal dari susu atau
susu formula. Kalau mencretnya karena minum ASI, ini normal-normal saja karena
sistem pencernaanya memang belum sempurna. Tetap susui bayi agar ia tidak
mengalami dehidrasi. Tapi bila mencretnya disertai keluhan demam, muntah atau
keluhan lain dan jumlahnya sangat banyak atau mancur, berarti memang ada
masalah pada bayi.
Bayi yang pencernaannya normal akan
BAB pada 24 jam pertama setelah lahir. BAB pertama ini disebut mekonium. Biasanya
berwarna hitam kehijauan dan lengket seperti aspal yang merupakan produk dari
sel – sel yang diproduksi dalam saluran cerna selama bayi berada dalam
kandungan. BAB pertama dalam 24 jam penting artinya, karena menjadi indikasi
apakah pencernaannya normal atau tidak. Frekuensi BAB yang sering bukan berarti
pencernaannya terganggu.
Peran bidan yang dapat dilakukan
yaitu :
1.
Mengobservasi
frekuensi, konsistensi dan warna dari BAB bayi.
2.
Memberitahu
ibu agar segera mengganti popok apabila bayi BAB
3.
Memberitahu
ibu pola BAB bayi yang benar
4.
Memberitahu
ibu cara mengobservasi frekuensi, konsistensi dan warna dari BAB bayi.
3.
BAK
Bayi secara normal akan buang air
kecil sebanyak 6-10x sehari. Hal ini sulit diketahui jika bayi menggunakan
popok sekali pakai yang dapat menampung banyak air seni. Oleh karena itu jika
ditemui keraguan maka disarankan untuk menggunakan popok dari kain.
Fungsi ginjal yang mirip dengan
fungsi yang dimiliki pada orang dewasa belum terbentuk pada tahun kedua yang
dimiliki oleh bayi. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat pada kandung kemih
bayi saat lahir tapi bayi baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12
jam. Berkemih sering terjadi setelah periode ini. Berkemih 6-10x dengan warna
urine kuning jernih menunjukkan masukan cairan yang cukup. Umumnya bayi cukup
bulan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap bersih,
hangat dan kering, maka setelah BAK harus diganti.
Petugas kesehatan dan orang tua
harus mengetahui pola BAK yang normal agar mengetahui asupan cairan yang masuk
sesuai atau tidak.
Peran bidan yang dapat dilakukan
yaitu :
1.
Mengobservasi
frekuensi dan warna dari BAK bayi.
2.
Memberitahu
ibu agar segera mengganti popok apabila bayi BAK
3.
Memberitahu
ibu pola BAK bayi yang benar
4.
Memberitahu
ibu cara mengobservasi frekuensi dari BAK bayi.
4.
Tidur
a.
Dalam
2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Sediakan selimut
dan ruangan yang hangat dan pastikan bayi tidak terlalu panas atau dingin. Bayi
baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari
b.
Pola
tidur bayi masih belum teratur karena jam biologis yang belum matang. Tetapi
perlahan – lahan akan bergeser sehingga lebih banyak waktu tidur di malam hari
dibandingkan dengan siang hari. Keluhan gangguan tidur biasanya datang dari
orang tuanya yang sulit menerima jam tidur bayi. Dikatakan bahwa orang
tua kekurangan tidur 2 jam setiap harinya hingga bayi berusia 5 bulan
sampai 2 tahun, orang tua kehilangan 1 jam waktu tidur setiap malamnya.
Sehingga orang tua pun perlu menyiasati waktu tidurnya sesuai dengan pola tidur
bayi. Mulai usia 2 bulan bayi mulai lebih banyak tidur malam dibanding siang.
Usia 3-6 bulan jumlah tidur pun semakin berkurang, kira-kira 3 kali dan terus
berkurang hingga 2 kali pada usia 6 – 12 bulan, menjelang 1 tahun biasanya bayi
hanya perlu tidur siang satu kali saja dengan total jumlah waktu tidur berkisar
antara 12 – 14 jam.
Pastikan
bayi tidur dengan aman :
1.
Letakkan
bayi pada permukaan rata yang tidak terlalu empuk. Pasang seprei atau alas
dengan cermat agar tidak mudah lepas
2.
Jangan
merokok disekitar bayi
3.
Jangan
biarkan bayi terlalu hangat, jangan berlebihan dalam membuntal bayi ketika
tidur.
5.
Kebersihan Kulit
Muka, pantat dan tali pusat bayi
perlu dibersihkan secara teratur. Mandi seluruh tubuh setiap hari tidak harus
selalu dilakukan. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
6.
Keamanan
Hal-hal yang harus di perhatikan
dalam menjaga keamanan bayi adalah dengan dengan tetap menjaganya, jangan
meninggalkan bayi tanpa adanya menunggu. Selain itu, perlu dihindari untuk
memberikan apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak dan
jangan menggunakan alat penghangat di tempat tidur bayi.
7.
Tanda-tanda Bahaya
Tanda-tanda bahaya dan rencana
asuhan yang harus dikenali dan dilakukan ibu:
a.
Tanda-tanda
bahaya yang harus dikenali oleh ibu yaitu :
1)
Pemberian
ASI sulit, sulit menghisap, atau hisapan lemah
2)
Kesulitan
bernafas, yaitu pernafasan cepat > 60/ menit atau menggunakan otot nafas
tambahan.
3)
Letargi
: bayi terus – menerus tidur tanpa bangun untuk makan.
4)
Warna
kulit abnormal/ bibir biru (sianosis) atau bayi sangat kuning.
5)
Suhu
terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermia).
6)
Tanda
atau perilaku abnormal atau tidak biasa.
7)
Gangguan
gastrointestinal, misalnya tidak brtinja selama 3 hari pertama setelah lahir,
muntah terus menerus, muntah dan perut bengkah, tinja hijau tua atau berdarah/
lender.
8)
Mata
bengkak atau mengeluarkan cairan.
9)
Tanda-tanda
bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir.
10) Pernafasan- sulit atau lebih dari
60 kali permenit
11) Kehangatan terlalu panas (
> 38° c atau terlalu dingin < 36ºc )
12) Warna kuning (terutama pada 24 jam
pertama), biru atau pucat, memar.
13) Pemberian makan, hisapan lemah ,
mengantuk berlebihan, banyak muntah.
14) Tali pusat merah, bengkak, keluar
cairan (nanah), bau busuk, pernafasan sulit
15) Tinja/ urin, tidak berkemih dalam
24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja.
16)
Aktivitas
menggigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu
mengantuk, lunglai, kejang. menangis terus menerus.
b.
Rencana
asuhan:
1)
Beri
ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam) mulai
dari hari pertama.
2)
Pertahankan
agar bayi selalu dengan ibu.
3)
Jaga
bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering dengan mengambil popok dan selimut
sesuai dengan keperluan. Pastikan bayi tidak terlalu panas dan terlalu dingin (
dapat menyebabkan dehidrasi, ingat bahwa kemampuan pengaturan suhu bayi masih
dalam perkembangan). Apa saja yang dimasukkan ke dalam mulut bayi harus bersih.
4)
Jaga
tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.
5)
Peganglah,
sayangi dan nikmati kehidupan bersama bayi.
6)
Awasi
masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu.
7)
Jaga
keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit atau infeksi.
8)
Ukur
suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusu kurang baik.
8.
Penyuluhan Sebelum Bayi Pulang
a.
Perawatan
tali pusat
Telah banyak di lakukan uji klinis
untuk membandingkan cara perawatan tali pusat agar tidak terjadi peningkatan
infeksi, yaitu dengan membiarkan luka tali pusat terbuka dan membersihkan luka
hanya dengan air bersih.
Negara-negara yang beriklim tropis
perlu mewaspadai penggunaan alkohol yang dulunya populer dan terbukti efektif
untuk membersikan tali pusat, karena sesungguhya alkohol akan mudah menguap di
daerah panas dan dengan demikian efektifitasnya akan menurun.
Cara yang paling efektif adalah
dengan membiarkan tali pusat tetap terbuka, mengering dan hanya di bersihkan
setiap hari dengan air bersih dan bidan perlu memberikan informasi ini pada
tiap ibu agar tidak terjadinya infeksi karena terjadinya peningkatan kelembaban
pada kulit bayi.
b.
Pemberian
ASI
c.
Jaga
kehangatan bayi
Berikan bayi kepada ibu secepat
mungkin, karena kontak antara ibu dengan kulit bayi sangat penting dalam rangka
menghangatkan serta mempertahankan panas tubuh bayi. Apabila suhu bayi
<36,5oC segera hangatlah bayi dengan teknik metode kangguru (KMC (Kanggoro
Mother Care)).
d.
Tanda-tanda
bahaya
Jika muncul tanda-tanda bahaya,
ajarkan ibu untuk:
1)
Memberikan
penolongan pertama sesuai kebutuhan sampai bayi memperoleh perawatan medis
lanjutan.
2)
Membawa
bayi ke RS atau klinik terdekat untuk perawatan tindakan segera.
e. Imunisasi
Suatu cara memproduksi imunitas
aktif buatan untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan cara
memasukkan suatu zat dalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral.
f.
Perawatan harian atau rutin.
g.
Pencegahan infeksi dan kecelakaan.
2.2 Pengertian Bounding Attachment
Bounding attachment terjadi pada
kala IV dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak dan berada dalam ikatan
kasih. Pengertian Bounding Attachment menurut beberapa ahli yaitu :
1.
Menurut
Klause dan Kennel (1983) adalah interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa
menit dan jam pertama segera bayi
setelah lahir.
2.
Nelson
(1986), bounding : dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang
meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.
3.
Saxton
dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi
(kasih sayang)
oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
4.
Bennet
dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment:
pencurahan kasih sayang
di antara individu.
5.
Brozeton
(dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti
antara orang tua
dan anak pada pertemuan
pertama.
6.
Parmi
(2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
7.
Perry
(2002), bounding: proses
pembentukan attachment atau membangun ikatan; attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan
dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
8.
Subroto
(cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
9. Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak
dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan,
dimulai pada kala III
sampai dengan post partum.
Jadi bisa kita simpulkan Bounding
adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan), jadi
bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan
keterikatan batin antara orangtua dan bayi. dimulai pada kala III sampai dengan
postpartum. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi
terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai
memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
2.3 Kondisi Yang Mempengaruhi Ikatan/Bounding
Attachment
Menurut
Mercer tahun 1996 yaitu :
1.
Kesehatan
Emosional Orangtua
Orang tua yang mengharapkan
kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang
berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut.
Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding attachment
ini.
2.
Suatu
Tingkat Ketrampilan Dalam Berkomunikasi Dan Dalam Memberi Asuhan Yang Kompeten
Dalam berkomunikasi dan ketrampilan
dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung
pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam
merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud.
3.
Dukungan
Sosial Seperti Keluarga, Teman Dan Pasangan
Dukungan dari keluarga, teman,
terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena
dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat
/ dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh
kepada bayinya.
4.
Kedekatan
Orangtua Dengan Bayi
Dengan metode rooming in kedekatan
antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan
cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.
5.
Kecocokan
Orangtua Dengan Bayi (Termasuk Keadaan, Temperamen Dan Jenis Kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh
anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat/normal dan jenis kelamin
sesuai dengan yang diharapkan. Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih
dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati
sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran
membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.
Namun demikian peran kehadiran
seorang ayah dan anggota keluarga yang lain juga dibutuhkan dalam perkembangan
psikologis anak yang baik nantinya. Beberapa hal yang dapat dilakukan seorang
laki-laki dalam proses perubahan peran menjadi seorang ayah, diantaranya :
a.
Ketika
ibu hamil, seorang suami akan merasa bangga karena dia akan mempunyai keturunan
dan dia akan menjadi seorang ayah.
b.
Ketika
bayi lahir, maka suami akan merasa bahagia dan juga perhatian yang disebabkan
oleh :
1)
Cemas
akan biaya persalinan dan perawatan bayinya kelak
2)
Kekhawatiran
adanya kecacatan pada bayinya, antara lain: kecewa, gelisah tentang bagaimana perawatan
bayi dan bagaimana nasibnya kelak, dan lain sebagainya.
3)
Gelisah
tentang kemampuan merawat dan mendidik anaknya (pesimis akan keberhasilannya
sebagai seorang ayah)
4)
Harapan
orang tua tidak sesuai dengan kenyataan, khususnya maasalah jenis kelamin.
1.
Perkenalan
(acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan
mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2.
Bounding
(keterikatan)
3.
Attachment,
perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
1.
Sentuhan
– Sentuhan,
atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu
sarana untuk mengenali bayi baru lahir
dengan cara mengeksplorasi tubuh
bayi dengan
ujung jarinya.
2.
Kontak mata
– Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak
waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan
bayinya (Klaus, Kennell, 1982).
3.
Suara
– Saling mendengar
dan merespon suara
antara orang tua
dan bayinya juga penting. Orang tua
menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
4.
Aroma
– Ibu mengetahui bahwa setiap anak
memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk
membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
5.
Entrainment
– Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan
orang dewasa.
Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki,
seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi
saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi
efektif yang positif.
6.
Bioritme
– Anak yang
belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya.
Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir
ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi
mengembangkan perilaku
yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial
dan kesempatan bayi
untuk belajar.
7. Kontak dini – Saat ini , tidak ada
bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan
hal yang penting untuk hubungan orang tua–anak.
Penelitian belum dapat membuktikan
bahwa kontak dini merupakan hal yang penting untuk hubungan orangtua-anak.
Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak
dini :
d.
Mempercepat
proses ikatan antara orang tua dan anak , body warmth (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).
2.6 Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan Bounding
Attachment
1.
Menit
pertama jam perrtama
2.
Sentuhan
orangtua pertama kali
3.
Adanya
ikatan yang baik dan sistematis
4.
Terlibat
proses persalinan
5.
Kontak
sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada
bayi, menurunkan rasa sakit ibu serta memberi rasa nyaman.
6.
Fasilitas
untuk kontak lebih lama
7.
Perawat
maternitas khusus (bidan)
8.
Libatkan
anggota keluarga lainnya
9.
Informasi
bertahap mengenai bonding attachment
2.7 Dampak positif bounding attachment
1.
Bayi
merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap social
2.
Bayi
merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
3.
Hambatan
bounding attachment
4.
Kurang
support sistem
5.
Ibu
dengan risiko
6.
Bayi
dengan risiko
7.
Kehadiaran
bayi yang tidak diinginkan
1.
Kurangnya
support sistem.
2.9
Cara untuk melakukan Bounding Attachment
1.
Pemberian
ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI
secara ekslusif segera setelah lahir atau yang biasa disebut dengan IMD
(Inisiasi Menyusu Dini), secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit
dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang
dibutuhkan oleh semua manusia.
Manfaat
IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
a.
Untuk
bayi
1)
Kehangatan
Christensson
et al, (1992) melaporkan bahwa dibandingkan bayi-bayi yang diletakan dalam boks
ternyata bayi-bayi yang kontak kulit dengan kulit ibunya mempunyai suhu tubuh
yang lebih hangat dan stabil.
2)
Kenyamanan
Ternyata
bayi-bayi yang dilakukan inisiasi dini lebih jarang menangis dibandingkan
dengan bayi-bayi yang dipisahkan dari ibunya.
3)
Kualitas
perlekatan
Di
banding bayi yang dipiosahkan dari ibunya, bayi-bayi yang di lakukan inisiasi
dini mempunyai kemampuan perlekatan mulut yang lebih baik pada waktu menyusu.
b.
Untuk
ibu
Pelepasan
plasenta yang lebih cepat akan mengurangi resiko terjadinya pendarahan.
Manfaat
Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu
a.
Dada
ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan
kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian karena
hypothermia (kedinginan).
b.
Ibu
dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak jantung
bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga
mengurangi pemakaian energi.
c.
Bayi
memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI ibu.
Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk menyaingi
bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
d.
Bayi
mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan antibodi
(zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan
usus. Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap untuk mengolah
asupan makanan.
e.
Asi
yang pertama (colostrum) mengandung beberapa Antibodi yang dapat mencegah
infeks pada bayi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi.
f.
Bayi
memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus,
dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan protein
manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus
bayi.
g.
Bayi
yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan
mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
h.
Sentuhan,
kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang keluarnya
oksitosin yang penting karena:
1)
Menyebabkan
rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan
ibu.
2)
Merangsang
hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai bayi, lebih
kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan ambang nyeri), dan timbul
rasa sukacita/bahagia.
3)
Merangsang
pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang berwarna putih) dapat
lebih cepat keluar.
2.
Rawat
gabung
Rawat gabung merupakan salah satu
cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early
infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini
sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan
tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi
yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri
dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain.
Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat
psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya
sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan
keluarga.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asuhan pada bayi baru lahir
merupakan asuhan yang dilakukan ketika bayi berumur 2-6 hari setelah lahir dan harus
dilakukan asuhan secara menyeluruh. Asuhan pada bayi 2-6 hari juga harus
diinformasikan dan diajarkan kepada orang tua bayi, sehingga saat kembali ke
rumah orang tua sudah siap dan dapat melaksanakannya sendiri.
Bounding
attachment merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi
terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai
memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. Bonding
attachment sangat diperlukan untuk bayi dan ibu terutama bagi ibu primipara.
Bagi ibu primipara akan banyak mendapatkan pengalaman dan perubahan yang
dialami sangat banyak setelah melahirkan karena adanya pergantian peran dari
seorang ibu yang dulunya belum pernah memiliki anak dan tidak tahu cara merawat
anak,sekarang sudah berganti peran dan mau tidak mau ibu tersebut harus dapat
mengambil peran antaralain merawat bayi, memberi ASI dan masih banyak lagi
peran yang berubah setelah melahirkan. Ibu di sini tidak hanya focus pada
perubahan dirinya dan perawatan untuk dirinya sendiri namun ibu harus bisa
merawat bayinya juga. Bounding attachment juga tidak hanya untuk ibu yang
primipara namun juga untuk ibu yang multipara.
Pemberian
ASI eksklusif dengan melakukan IMD dan rawat gabung merupakan cara yang baik
untuk menerapkan bounding attachment.
3.2 Saran
Masih
banyak sekali bidan atau tenaga kesehatan yang belum melakukan hal ini begitu
bayi lahir. Banyak yang melakukan inisiasi menyusu dini namun hanya sebentar
saja. Bayi langsung di bawa ke ruang bayi tanpa mendapatkan kontak dengan
ibunya secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Alimul. Asuhan neonatus, bayi dan balita. Jakarta: EGC. 58-9.
Novianti R. Cara dahsyat memberikan ASI untuk bayi sehat dan cerdas. Yogyakarta:
Octopus. 2009. Hal.10-34.
Bina Gizi Masyarakat. Pedoman pemberian makanan bayi dan anak dalam
situasi darurat. Jakarta : 2007. 4-7.
Puspitorini I. Panduan lengkap perawatan bayi dan anak. Yogyakarta:
Diglossia Media. 2007.50-1.
Varney, Helen. Buku ajar asuhan kebidanan edisi 4. Jakarta : EGC,
2007.936-7
0 komentar:
Posting Komentar