BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sejarah menunjukan bahwa kebidanan
merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat
manusia. Bidan
muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang
melahirkan. Profesi ini telah mendudukan peran
dan posisi seorang bidan menjadi terhormat di masyarakat karena tugas yang
diembannya sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta
menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik.
Sejak zaman prasejarah dalam naskah kuno telah tercatat bidan dari Mesir
(Siprah dan Poah) yang berani mengambil resiko membela keselamatan bayi-bayi
laki-laki bangsa Yahudi yang diperintahkan Firaun untuk dibunuh. Mereka sudah
menunjukan sikap moral yang tinggi dan membela yang lemah. Seiring dengan
berjalannya waktu, dalam pelayanan kebidanan terjadi pula perkembangan dalam
bentuk-bentuk model kebidanan di Indonesia. Sejarah kebidanan berjalan panjang
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan serta kebutuhan masyarakat. Model dalam
kebidanan mengadopsi dari teori yang
bersumber dari masyarakat dan beberapa model negara dengan didasarkan dari
teori yang telah ada. Dalam lingkup dunia kebidanan dikenal berbagai
teori-teori yang mendasari praktek para bidan-bidan tersebut yaitu
diantaranya teori Reva Rubin, teori Ramona Mercer, teori Ernestine Weidenbach, teori
Ela Joy Lerchman dan Morten, serta teori Jean A.Bell. Teori-teori
tersebut diajarkan pada semua sekolah kebidanan di Indonesia agar para bidan
memiliki pengetahuan dan mengaplikasikan teori-teori tersebut dalam membantu
kliennya. Pemberian
materi tentang teori-teori tersebut sangatlah penting dan perlu dipahami benar
tentang teori-teori tersebut. Agar disaat bekerja nanti para bidan memiliki
titik acuan dalam membantu semua kliennya dan dapat menyelesaikan semua kasus
atau masalah yang dihadapi selama melakukan tugasnya sebagai seorang bidan.
Seorang bidan dituntut untuk mampu membantu semua wanita dalam segala
masalahnya. Mulai dari mempersiapkan metal dan fisik seorang wanita dalam
menghadapi peran barunya sebagai seorang ibu dan menyelesaikan masalah-masalah
yang timbul saat remaja dan bayi. Pendalaman tentang teori-teori ini akan
sangat berguna bagi bidan itu sendiri dan untuk wanita-wanita yang menjadi
partner kerjanya itu. Teori teori tersebut akan dibuktikan kebenarannya oleh
bidan itu sendiriketika dia melakukan tugasnya. Namun tidak semua teori-teori
tersebut dikuasai benar oleh para bidan yang ada sekarang ini. Sehingga diciptakan
sebuah model kebidanan yang sesuai dengan filosofi kebidanan baik dari segi
bidan sebagai profesi maupun wanita dan keluarga sebagai rnes pelayanan asuhan
kebidanan.
Model kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan
dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien sehingga akan terbina suatu
partnership dalam asuhan kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan
akan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi yang mengutamakan upaya-upaya promotif dan
preventif.
Faktor penyebab tinggi angka
kematian tersebut antara lain perdarahan, eklamsi, aborsi tidak aman, trauma
kehamilan. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan dan infeksi.
Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah anemia, kurang energi,
dan keadaan 4 terlalu (terlalu muda, tua, sering, dan banyak). Kematian ibu
juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang masuk kategori mendasar, seperti
ketidakberdayaan dan taraf pendidikan yang rendah.
Banyak kematian ibu dapat dicegah
dan diturunkan, misalnya kematian akibat perdarahan dengan persalinan cepat dan
tepat dan dengan ditolong oleh tenaga-tenaga kesehatan yang terlatih dan
terdidik.
Dari lima teori yang mempengaruhi model kebidanan,
yaitu teori Reva Rubin, teori Ramona T Mercer, teori Jean Ball, teori Ela Joy Lerhman
dan Morten, dan teori Ernestine Wiedenbach. Dalam makalah ini akan lebih
dibahas mengenai teori Jean Ball atau teori Kursi Goyang.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah teori kebidanan menurut Ela Joy Lehrman?
2.
Bagaimanakah penerapan atau asuhan kebidanan yang
diberikan pada ibu?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa itu teori kebidanan menurut Ela joy Lehrman.
2.
Untuk mengetahui bagaimana penerapan atau asuhan kebidanan
yang diberikan kepada ibu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Ela Joy Lehrman
Telah
dilakukan banyak penelitian untuk mempelajari isi dan proses dari pemeriksaan
antenatal. Robin dkk, 1983 dan Robinson 1985 mempelajari peran bidan dalam memberi infomasi yang komperhensif dan
memberikan nasehat dalam pelayanan kebidanan, seperti waktu pemeriksaan perut
dan memberikan nasehat tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan.
Mereka mempelajari sejauh mana bidan mampu menunjukkan perannya dalam memberi
asuhan ibu bersalin. Macintyre ( 1980 ) dalam observasinya menemukan perbedaan
antara rhetoric resmi antara nilai asuhan antenatal dan corak asuhan yang
impersonal yang dialami seorang ibu diklinik spesialis. Lerhman
mengidenfikasikan konsep yang menggaris bawahi asuhan antenatal yang akan
diberikan.
Lehrman melihat semakin luasnya tugas yang dibebankan pada
bidan. Dalam teori ini lehrman menginginkan agar bidan dapat melihat semua
aspek praktik memberikan asuhan pada wanita hamil. Dan memberikan pertolongan
pada persalinan. Menurut Lehrman menyelidiki bahwa pelayanan antenatal
menunjukkan perbedaan antara prosedur administrasi yang dibebankan dengan
manfaat antenatal dan jenis pelayanan yang dialami seorang wanita. Di klinik
kebidanan karna hubungan antara identifikasi faktor resiko dan keefektifan dari
antenatal care terhadap hasil yang diinginkan belum terpenuhi.
Lehrman dan kolegannya ingin menjelaskan perbedaan antara
npengalaman seorang wanita dengan kemampuan bidan untuk mengaplikasikan konsep
kebidanan dalam praktik.
a.
Konsep Lehrman
Lehrman dan Morten
mengemukakan
8 konsep yang penting dalam pelayanan antenatal :
1.
Asuhan yang
berkesinambungan
Seorang
bidan harus memeberikan asuhan kepada wanita secara terus-menerus mulai dari
awal kehamilan, persalinan, nifas dan post artum agar klien dapat melewati
masa-masa ini dengan baik.
2.
Keluarga
sebagai pusat asuhan
Keluarga
adalah salah satu pusat asuhan yang sangat penting karena keluarga adalah orang
terdekat klien yang dapat memantau kien secara terus menerus, sehingga dalam
hal ini seorang bidan harus mempunyai komunikasi yang baik dengan keluarga
terutama memeberikan asuhan-asuhan yang dapat membantu sang ibu menjalani
asuhan-asuhan tersebut di rumah pada saat sang bidan tidak dapat memantau seara
langsung, keluargalah yang berperan.
3.
Pendidikan dan
konseling merupakan bagian dari asuhan
Memberikan
informasi kepada klien adalah salah satu bentuk asuhan yang sangat penting.
Selain itu, konseling juga merupakan bagian yang sangat penting dalam pemberian
asuhan kepada klien. Konseling bertujuan agar bidan dan klien dapat memahami
satu sama lain, sehingga bidan dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan
kebutuhan klien.
4.
Tidak ada
intervensi dalam asuhan
Artinya
dalam pelayanan atau memberi asuhan, pelayan kesehatan tidak memberikan asuhan
yang tidak seharusnya. Maka dalam hal ini sang bidan harus mulai menganalisa,
mengkaji dan memebrikan asuhan yang sesuai.
5.
Fleksibilitas
dalam asuhan
Penerapnnya
adalah seorang bidan dalam melakukan praktiknya tidak boleh kaku saat melakukan
tindakan atau pada saat memeberikan asuhan, agar pasien merasa nyaman dengan
tindakan yang bidan lakukan.
6.
Keterlibatan
dalam asuhan
Dalam
memebrikan asuhan, seorang pelayan kesehatan atau bidan harus ikut
berpatisipasi atau terlibat dalam melaksanankan asuhan. Contohnya dengan
membantu sang ibu untuk memberi nutrisi yang baik untuk janin dengan memebrikan
beberapa makanan bergizi atau bisa juga dengan membantu sang ibu memandikan
bayi. Intinya adalah pelayan kesehatan atau bidan tidak hanya menyampaikan
teori-teori saja tapi juga harus terlibat dalam praktik asuhan tersebut.
7.
Advokasi dari
pelayanan kebidanan
Tenaga
kesehatan menerapkan teori ini dengan selalu memeberikan inform consent atau
oersetujuan sebelum melakukan tindakan kepada klien sehingga ada persetujuan
dari kedua belah pihak.
8.
Waktu
Seorang
bidan yang profesional akan selalu memberikan pelayanan atau asuhan tanpa
mengenal waktu dan bidan tersebut mampu meyelesaikan asuhannya sesuai dengan
batas waktu atau tepat waktu agar asuhan-asuhan yang diberikan tidak
tertunda-tunda.
Lehrman
memberikan teknik pada bidan tentang asuhan Partisipatif kepada kliennya yaitu
Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, evaluasi dan perencanan.
Pasien/klien ikut bertanggung jawab atau ambil dari pelayanan antenatal.
Misalnya : pendidikan tentang laktasi, persiapan persalinan, senam hamil,
pemeriksaan fisik seperti palipasi klien akan melakukan pada tempat tertentu
atau ikut mendengarkan denyut jantung.
Kedelapan
komponen yang dibuat lehrman ini kemudian diuji cobakan oleh Morten (1991) pada
pasien post partum. Asuhan yang partisipatif dalam kontkes pelayanan bidan di
UK dibahasakan sebagai pilihan dan control dari wanita yang dilayani (choise
and on the part of the women). Hal ini dimaksudkan sebagai pengkaji dan
merencanakan program asuhan yang dilakukan bersama penerima dan pemberi asuhan.
Pada asuhan partisipatif, bidan dapat melibatkan klien
dalam pengkajian, perencanaan, danevalusi. Pasien / klien ikut bertanggung
jawab atau mengambil begian dalam pelayanan antenatal
b.
Konsep Tambahan
Morten
Dari hasil
penerapan tersebut, Morten (1991) menambahkan 3 konsep lagi kedalam 8 konsep
yang telah dibuat Lehrman, yaitu :
1.
Teknik Terapeutik
Teknik
terapeutik dijelaskan sebagai Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam
perkembangan dan penyembuhan. Teknik terapeutik dapat dilakukan dengan
menunjukkan sikap mendengar yang aktif, menyelidik, mengkaji dan mengklarifikasi masalah, humor
(tidak bersifat kaku), tidak menuduh, tidak menghakimi, mendorong, jujur, mengakui kesalahan, memfasilitasi
klien, dan menghargai hak klien. Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam
proses perkembangan dan penyembuhan misalnya:
® Mendengar
aktif
® Mengkaji
masalah
® Klarifikasi
masalah
® Humor (tidak bersikap kaku)
® Sikap yang
tidak menuduh
® Pengakuan
atau jujur (mengakui kesalahan)
® Fasilitas
® Pemberi ijin
Hubungan lateral diartikan sebagai :
bidan meningkatkan interaksi yang mempunyai ciri keterbukaan (self of
openness),saling menghargai (mutual regard), persamaan posisi sehingga
mendorong rasa kebersamaan diantara bidan dan klien, indicator hubungan lateral
adalah kesejajaran, empati dan berbagai pengalaman/perasaan.
Lehrman dan Morten et al memberikan
suatu model praktik kebidanan secara jelas menunjukkan era praktik kebidanan.
2.
Empowerment (Perbedayaan)
Suatu dalam
member kekuasaan dan kekuatan. Bidan melalui penampilan dan pendekatannya akan
meningkatkan energy dan sumber dari dalam diri klien. Indikatornya antara lain
penguatan/penegasan (affirmation), memvalidasi, meyakinkan kembali dan memberi
dukungan.
3.
Lateral Relationship (Hubungan Sesama)
Bidan
menjalin hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka (self of
openness), saling menghargai (mutual regards), sejalan dengan klien sehingga
antara bidan dan kliennya nampak akrab misalnya sikap empati atau berbagi
pengalaman.
2.1 Penerapan Pelayanan Antenatal atau Pemberian Asuhan pada Ibu
1.
Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan melibatkan perubahan fisik
maupun emosional ibu serta perubahan sosial dalam keluarga. Pada umumnya
kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat, cukup
bulan, melalui jalan lahir (normal), namun kadang-kadang tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Oleh karena itu pelayanan atau asuhan antenatal merupakan cara
penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi
ibu dengan kelahiran normal. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan
atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa drinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal.
a.
Tujuan asuhan antenatal adalah :
1.
Memperhatikan
perkembangan kehamilan demi kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2.
Meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi.
3.
Mengenali
sejak dini ketidaknormalan atau komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu.
4.
Mempersiapkan
proses persalinan yang cukup bulan, normal dan keselamatan ibu dan bayi.
5.
Mempersiapkan
ibu agar masa nifas berjalan normal dan ibu dapat memberikan ASI eklusif.
6.
Mempersiapkan
peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar bayi dapat tumbuh
secara normal.
b.
Asuhan antenatal yang diberikan bidan
pada masa kehamilan ibu adalah:
1.
Mengumpulkan data-data dari ibu, seperti:
§ Biodata
§ Riwayat kehamilan
§ Riwayat kebidanan
§ Riwayat kesehatan dahulu dan
sekarang
§ Riwayat sosial ekonomi
2.
Melakukan
pemeriksaan fisik, contohnya:
§ Tekanan darah
§ Denyut jantung ibu
§ Gerakan janin
3.
Membantu ibu
dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan keadaan darurat,
seperti:
§ Mempersiapkan pertolongan dan tempat
kelahiran serta keuangan untuk persiapan persalinan.
§ Mempersiapkan rencana jika terjadi
komplikasi seperti, tempat dan transportasi ke tempat rujukan, mempersiapkan
donor darah, finansial, dan memilih pembuat keputusan jika pihak pertama tidak
ada ditempat.
4.
Memberi
konseling pada ibu tentang gizi, perubahan fisiologi, menginformasikan pada ibu
untuk mencari pertolongan segera pada saat mendapati tanda-tanda bahaya,
merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih, aman di rumah dan menjaga
kebersihan diri.
2.
Persalinan
Persalian adalah proses dimana bayi,
plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan yang normal adalah
jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan tanpa disertai adanya
penyulit.
a.
Asuhan antenatal yang diberikan
bidan pada masa persalinan ibu adalah:
1.
Membantu ibu
dalam persalinan jika ibu terlihat gelisah.
2.
Memberi
dukungan emosional pada ibu.
3.
Memberikan
informasi atas kemajuan persalinannya.
4.
Memeberikan
perhatian yang lebih kepada ibu.
5.
Menyarankan
ibu untuk sering berjalan.
6.
Melibatkan
suami atau ibunya untuk memberi semangat sang ibu.
7.
Mengajarkan
teknik bernafas.
8.
Memberi
minum yang cukup kepada ibu agar kebutuhan energinya tercukupi dan mencegah
dehidrasi.
9.
Bidan harus
melakukan pemantauan sesering mungkin hingga bayi dilahirkan.
3.
Masa Nifas
Masa nifas dimulai beberapa jam
setelah lahirnya janin dan mencakup 6 minggu berikutnya.
a.
Asuhan antenatal yang diberikan
bidan pada masa nifas kepada ibu adalah:
1.
Membersihkan
bayi yang sudah dilahirkan.
2.
Mendekatkan
bayi kepada ibu.
3.
Menganjurkan
ibu untuk memeberi ASI awal kepada bayinya.
4.
Memastikan
ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
5.
Memastikan
ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.
6.
Memberikan
konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari.
7.
Menanyakan
pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami ibu atau bayinya.
8.
Memberikan
konseling untuk KB.
9.
Menganjurkan
ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penerapan
dalam teori Ela Joy Lehrman dalam teori ini menjelaskan tentang asuhan kebidanan
yang berperan dalam pelayanan pada masa anternatal dan pelayanan kebidanan
antenatal pada ibu harus diberikan sesuai dengan prosedur masing-masing tahap
(kehamilan, persalinan dan nifas) dengan melibatkan keluarga dan masyarakat.
Sehingga asuhan yang diberikan benar dan bermanfaat.
Mempelajari
peran bidan dalam memberi informasi yang komperensif dan memberikan nasehat
dalam pelayan kebidanan tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan.
Untuk
pengkajian dan merencanakan program asuhan yang dilakukan bersama penerima dan
pemberi asuhan.
3.2 Saran
Dalam
Teori Ela Joy Lehrman menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek praktik
memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan dalam melakukan
persalinan. Dalam hal ini Lehrman memberikan teknik pada bidan tentang Asuhan
Partisipatif kepada kliennya yaitu bidan dapat melibatkan klien untuk
bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat Asri, Mufdlilah,
Kharimaturrahmah Ima. 2012. Konsep
Kebidanan Edisi Revisi.Yogyakarta. Nuha Medika.
Yulifah
Rita, Surachmindari. 2013.Konsep
Kebidanan Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika.
Asrinah,dkk.
2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta.
Graha Ilmu.
Estiwidani
Dwana,dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta.
Fitramaya.
Mufdlilah,dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Medical
Book.
Konsep Kebidanan Sejarah dan Profesionalisme Oleh Atik Purwandari,
A.Md.Keb., SKM
0 komentar:
Posting Komentar