Selasa, 29 Maret 2016

Teori Ela Joy Lehrman

0


BAB I
PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang

Sejarah menunjukan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Profesi ini telah mendudukan peran dan posisi seorang bidan menjadi terhormat di masyarakat karena tugas yang diembannya sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Sejak zaman prasejarah dalam naskah kuno telah tercatat bidan dari Mesir (Siprah dan Poah) yang berani mengambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang diperintahkan Firaun untuk dibunuh. Mereka sudah menunjukan sikap moral yang tinggi dan membela yang lemah. Seiring dengan berjalannya waktu, dalam pelayanan kebidanan terjadi pula perkembangan dalam bentuk-bentuk model kebidanan di Indonesia. Sejarah kebidanan berjalan panjang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan serta kebutuhan masyarakat. Model dalam kebidanan mengadopsi dari teori yang bersumber dari masyarakat dan beberapa model negara dengan didasarkan dari teori yang telah ada. Dalam lingkup dunia kebidanan dikenal berbagai teori-teori yang mendasari praktek para bidan-bidan tersebut yaitu diantaranya teori Reva Rubin, teori Ramona Mercer, teori Ernestine Weidenbach, teori Ela Joy Lerchman dan Morten, serta teori Jean A.Bell. Teori-teori tersebut diajarkan pada semua sekolah kebidanan di Indonesia agar para bidan memiliki pengetahuan dan mengaplikasikan teori-teori tersebut dalam membantu kliennya. Pemberian materi tentang teori-teori tersebut sangatlah penting dan perlu dipahami benar tentang teori-teori tersebut. Agar disaat bekerja nanti para bidan memiliki titik acuan dalam membantu semua kliennya dan dapat menyelesaikan semua kasus atau masalah yang dihadapi selama melakukan tugasnya sebagai seorang bidan. Seorang bidan dituntut untuk mampu membantu semua wanita dalam segala masalahnya. Mulai dari mempersiapkan metal dan fisik seorang wanita dalam menghadapi peran barunya sebagai seorang ibu dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul saat remaja dan bayi. Pendalaman tentang teori-teori ini akan sangat berguna bagi bidan itu sendiri dan untuk wanita-wanita yang menjadi partner kerjanya itu. Teori teori tersebut akan dibuktikan kebenarannya oleh bidan itu sendiriketika dia melakukan tugasnya. Namun tidak semua teori-teori tersebut dikuasai benar oleh para bidan yang ada sekarang ini. Sehingga diciptakan sebuah model kebidanan yang sesuai dengan filosofi kebidanan baik dari segi bidan sebagai profesi maupun wanita dan keluarga sebagai rnes pelayanan asuhan kebidanan.
Model kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien sehingga akan terbina suatu partnership dalam asuhan kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan akan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif.
Faktor penyebab tinggi angka kematian tersebut antara lain perdarahan, eklamsi, aborsi tidak aman, trauma kehamilan. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan dan infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah anemia, kurang energi, dan keadaan 4 terlalu (terlalu muda, tua, sering, dan banyak). Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang masuk kategori mendasar, seperti ketidakberdayaan dan taraf pendidikan yang rendah.
Banyak kematian ibu dapat dicegah dan diturunkan, misalnya kematian akibat perdarahan dengan persalinan cepat dan tepat dan dengan ditolong oleh tenaga-tenaga kesehatan yang terlatih dan terdidik.
Dari lima teori yang mempengaruhi model kebidanan, yaitu teori Reva Rubin, teori Ramona T Mercer, teori Jean Ball, teori Ela Joy Lerhman dan Morten, dan teori Ernestine Wiedenbach. Dalam makalah ini akan lebih dibahas mengenai teori Jean Ball atau teori Kursi Goyang.

1.2  Rumusan Masalah

1.               Bagaimanakah teori kebidanan menurut Ela Joy Lehrman?
2.               Bagaimanakah penerapan atau asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu?


1.3  Tujuan

1.               Untuk mengetahui apa itu teori kebidanan menurut Ela joy Lehrman.
2.               Untuk mengetahui bagaimana penerapan atau asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu.



BAB II
PEMBAHASAN



2.1  Teori Ela Joy Lehrman

Telah dilakukan banyak penelitian untuk mempelajari isi dan proses dari pemeriksaan antenatal. Robin dkk, 1983 dan Robinson 1985 mempelajari  peran bidan dalam  memberi infomasi yang komperhensif dan memberikan nasehat dalam pelayanan kebidanan, seperti waktu pemeriksaan perut dan memberikan nasehat tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan. Mereka mempelajari sejauh mana bidan mampu menunjukkan perannya dalam memberi asuhan ibu bersalin. Macintyre ( 1980 ) dalam observasinya menemukan perbedaan antara rhetoric resmi antara nilai asuhan antenatal dan corak asuhan yang impersonal yang dialami seorang ibu diklinik spesialis. Lerhman mengidenfikasikan konsep yang menggaris bawahi asuhan antenatal yang akan diberikan.
Lehrman melihat semakin luasnya tugas yang dibebankan pada bidan. Dalam teori ini lehrman menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek praktik memberikan asuhan pada wanita hamil. Dan memberikan pertolongan pada persalinan. Menurut Lehrman menyelidiki bahwa pelayanan antenatal menunjukkan perbedaan antara prosedur administrasi yang dibebankan dengan manfaat antenatal dan jenis pelayanan yang dialami seorang wanita. Di klinik kebidanan karna hubungan antara identifikasi faktor resiko dan keefektifan dari antenatal care terhadap hasil yang diinginkan belum terpenuhi.
Lehrman dan kolegannya ingin menjelaskan perbedaan antara npengalaman seorang wanita dengan kemampuan bidan untuk mengaplikasikan konsep kebidanan dalam praktik.


a.      Konsep Lehrman

Lehrman dan Morten mengemukakan  8 konsep yang penting dalam pelayanan antenatal :

1.      Asuhan yang berkesinambungan

Seorang bidan harus memeberikan asuhan kepada wanita secara terus-menerus mulai dari awal kehamilan, persalinan, nifas dan post artum agar klien dapat melewati masa-masa ini dengan baik.



2.      Keluarga sebagai pusat asuhan

Keluarga adalah salah satu pusat asuhan yang sangat penting karena keluarga adalah orang terdekat klien yang dapat memantau kien secara terus menerus, sehingga dalam hal ini seorang bidan harus mempunyai komunikasi yang baik dengan keluarga terutama memeberikan asuhan-asuhan yang dapat membantu sang ibu menjalani asuhan-asuhan tersebut di rumah pada saat sang bidan tidak dapat memantau seara langsung, keluargalah yang berperan.

3.      Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan

Memberikan informasi kepada klien adalah salah satu bentuk asuhan yang sangat penting. Selain itu, konseling juga merupakan bagian yang sangat penting dalam pemberian asuhan kepada klien. Konseling bertujuan agar bidan dan klien dapat memahami satu sama lain, sehingga bidan dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan klien.

4.      Tidak ada intervensi dalam asuhan

Artinya dalam pelayanan atau memberi asuhan, pelayan kesehatan tidak memberikan asuhan yang tidak seharusnya. Maka dalam hal ini sang bidan harus mulai menganalisa, mengkaji dan memebrikan asuhan yang sesuai.

5.      Fleksibilitas dalam asuhan

Penerapnnya adalah seorang bidan dalam melakukan praktiknya tidak boleh kaku saat melakukan tindakan atau pada saat memeberikan asuhan, agar pasien merasa nyaman dengan tindakan yang bidan lakukan.


6.      Keterlibatan dalam asuhan

Dalam memebrikan asuhan, seorang pelayan kesehatan atau bidan harus ikut berpatisipasi atau terlibat dalam melaksanankan asuhan. Contohnya dengan membantu sang ibu untuk memberi nutrisi yang baik untuk janin dengan memebrikan beberapa makanan bergizi atau bisa juga dengan membantu sang ibu memandikan bayi. Intinya adalah pelayan kesehatan atau bidan tidak hanya menyampaikan teori-teori saja tapi juga harus terlibat dalam praktik asuhan tersebut.



7.      Advokasi dari pelayanan kebidanan

Tenaga kesehatan menerapkan teori ini dengan selalu memeberikan inform consent atau oersetujuan sebelum melakukan tindakan kepada klien sehingga ada persetujuan dari kedua belah pihak.

8.      Waktu

Seorang bidan yang profesional akan selalu memberikan pelayanan atau asuhan tanpa mengenal waktu dan bidan tersebut mampu meyelesaikan asuhannya sesuai dengan batas waktu atau tepat waktu agar asuhan-asuhan yang diberikan tidak tertunda-tunda.
Lehrman memberikan teknik pada bidan tentang asuhan Partisipatif kepada kliennya yaitu Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, evaluasi dan perencanan. Pasien/klien ikut bertanggung jawab atau ambil dari pelayanan antenatal. Misalnya : pendidikan tentang laktasi, persiapan persalinan, senam hamil, pemeriksaan fisik seperti palipasi klien akan melakukan pada tempat tertentu atau ikut mendengarkan denyut jantung.
Kedelapan komponen yang dibuat lehrman ini kemudian diuji cobakan oleh Morten (1991) pada pasien post partum. Asuhan yang partisipatif dalam kontkes pelayanan bidan di UK dibahasakan sebagai pilihan dan control dari wanita yang dilayani (choise and on the part of the women). Hal ini dimaksudkan sebagai pengkaji dan merencanakan program asuhan yang dilakukan bersama penerima dan  pemberi asuhan.
Pada asuhan partisipatif, bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, perencanaan, danevalusi. Pasien / klien ikut bertanggung jawab atau mengambil begian dalam pelayanan antenatal


b.      Konsep Tambahan Morten

Dari hasil penerapan tersebut, Morten (1991) menambahkan 3 konsep lagi kedalam 8 konsep yang telah dibuat  Lehrman, yaitu :

1.               Teknik Terapeutik

Teknik terapeutik dijelaskan sebagai Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam perkembangan dan penyembuhan. Teknik terapeutik dapat dilakukan dengan menunjukkan sikap mendengar yang aktif, menyelidik,  mengkaji dan mengklarifikasi masalah, humor (tidak bersifat kaku), tidak menuduh, tidak menghakimi, mendorong,  jujur, mengakui kesalahan, memfasilitasi klien, dan menghargai hak klien. Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan dan penyembuhan misalnya:
®    Mendengar aktif
®    Mengkaji masalah
®    Klarifikasi masalah
®    Humor (tidak bersikap kaku)
®    Sikap yang tidak menuduh
®    Pengakuan atau jujur (mengakui kesalahan)
®    Fasilitas
®    Pemberi ijin


Hubungan lateral diartikan sebagai : bidan meningkatkan interaksi yang mempunyai ciri keterbukaan (self of openness),saling menghargai (mutual regard), persamaan posisi sehingga mendorong rasa kebersamaan diantara bidan dan klien, indicator hubungan lateral adalah kesejajaran, empati dan berbagai pengalaman/perasaan.
Lehrman dan Morten et al memberikan suatu model praktik kebidanan secara jelas menunjukkan era praktik kebidanan.

2.               Empowerment (Perbedayaan)

Suatu dalam member kekuasaan dan kekuatan. Bidan melalui penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan energy dan sumber dari dalam diri klien. Indikatornya antara lain penguatan/penegasan (affirmation), memvalidasi, meyakinkan kembali dan memberi dukungan.

3.               Lateral Relationship (Hubungan Sesama)

Bidan menjalin hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka (self of openness), saling menghargai (mutual regards), sejalan dengan klien sehingga antara bidan dan kliennya nampak akrab misalnya sikap empati atau berbagi pengalaman.


2.1  Penerapan Pelayanan Antenatal atau Pemberian Asuhan pada Ibu

1.      Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional ibu serta perubahan sosial dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat, cukup bulan, melalui jalan lahir (normal), namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pelayanan atau asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kelahiran normal. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa drinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.

a.      Tujuan asuhan antenatal adalah :

1.      Memperhatikan perkembangan kehamilan demi kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2.      Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi.
3.      Mengenali sejak dini ketidaknormalan atau komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu.
4.      Mempersiapkan proses persalinan yang cukup bulan, normal dan keselamatan ibu dan bayi.
5.      Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan ibu dapat memberikan ASI eklusif.
6.      Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar bayi dapat tumbuh secara normal.


b.      Asuhan antenatal yang diberikan bidan pada masa kehamilan ibu adalah:

1.       Mengumpulkan data-data dari ibu, seperti:
§  Biodata
§  Riwayat kehamilan
§  Riwayat kebidanan
§  Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
§  Riwayat sosial ekonomi

2.      Melakukan pemeriksaan fisik, contohnya:
§  Tekanan darah
§  Denyut jantung ibu
§  Gerakan janin

3.      Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan keadaan darurat, seperti:
§  Mempersiapkan pertolongan dan tempat kelahiran serta keuangan untuk persiapan persalinan.
§  Mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi seperti, tempat dan transportasi ke tempat rujukan, mempersiapkan donor darah, finansial, dan memilih pembuat keputusan jika pihak pertama tidak ada ditempat.

4.      Memberi konseling pada ibu tentang gizi, perubahan fisiologi, menginformasikan pada ibu untuk mencari pertolongan segera pada saat mendapati tanda-tanda bahaya, merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih, aman di rumah dan menjaga kebersihan diri.


2.      Persalinan

Persalian adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan yang normal adalah jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan tanpa disertai adanya penyulit.

a.      Asuhan antenatal yang diberikan bidan pada masa persalinan ibu adalah:

1.      Membantu ibu dalam persalinan jika ibu terlihat gelisah.
2.      Memberi dukungan emosional pada ibu.
3.      Memberikan informasi atas kemajuan persalinannya.
4.      Memeberikan perhatian yang lebih kepada ibu.
5.      Menyarankan ibu untuk sering berjalan.
6.      Melibatkan suami atau ibunya untuk memberi semangat sang ibu.
7.      Mengajarkan teknik bernafas.
8.      Memberi minum yang cukup kepada ibu agar kebutuhan energinya tercukupi dan mencegah dehidrasi.
9.      Bidan harus melakukan pemantauan sesering mungkin hingga bayi dilahirkan.


3.      Masa Nifas

Masa nifas dimulai beberapa jam setelah lahirnya janin dan mencakup 6 minggu berikutnya.

a.      Asuhan antenatal yang diberikan bidan pada masa nifas kepada ibu adalah:

1.      Membersihkan bayi yang sudah dilahirkan.
2.      Mendekatkan bayi kepada ibu.
3.      Menganjurkan ibu untuk memeberi ASI awal kepada bayinya.
4.      Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
5.      Memastikan ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.
6.      Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
7.      Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami ibu atau bayinya.
8.      Memberikan konseling untuk KB.
9.      Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri.






BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Penerapan dalam teori Ela Joy Lehrman dalam teori ini menjelaskan tentang asuhan kebidanan yang berperan dalam pelayanan pada masa anternatal dan pelayanan kebidanan antenatal pada ibu harus diberikan sesuai dengan prosedur masing-masing tahap (kehamilan, persalinan dan nifas) dengan melibatkan keluarga dan masyarakat. Sehingga asuhan yang diberikan benar dan bermanfaat.
Mempelajari peran bidan dalam memberi informasi yang komperensif dan memberikan nasehat dalam pelayan kebidanan tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan.
Untuk pengkajian dan merencanakan program asuhan yang dilakukan bersama penerima dan pemberi asuhan.

3.2  Saran

Dalam Teori Ela Joy Lehrman menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek praktik memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan dalam melakukan persalinan. Dalam hal ini Lehrman memberikan teknik pada bidan tentang Asuhan Partisipatif kepada kliennya yaitu bidan dapat melibatkan klien untuk bertanggung jawab.




DAFTAR PUSTAKA


Hidayat Asri, Mufdlilah, Kharimaturrahmah Ima. 2012. Konsep Kebidanan Edisi Revisi.Yogyakarta. Nuha Medika.
Yulifah Rita, Surachmindari. 2013.Konsep Kebidanan Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika.
Asrinah,dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Estiwidani Dwana,dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Fitramaya.
Mufdlilah,dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Medical Book.
Konsep Kebidanan Sejarah dan Profesionalisme Oleh Atik Purwandari, A.Md.Keb., SKM


Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net