KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah berkenan memberi
petunjuk dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Varicella Zoster”.
Dalam
penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan
yang terbaik, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak menemukan hambatan dan kesulitan. Namun atas
bantuan dari banyak pihak maka kami pun dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
pembimbing khususnya pada mata kuliah asuhan kebidanan dan teman-teman yang
telah membantu penyelesaian dari makalah ini. Kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila ada kesalahan penulisan dalam makalah ini. Oleh sebab
itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dipergunakan dengan
sebaik-baiknya.
Yogyakarta, 26
November 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
Sampul................................................................................................. 1
Kata Pengantar .................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................. 3
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang ............................................................................ 4
1.2 Tujuan
........................................................................................ 5
1.3 Manfaat
...................................................................................... 5
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian
Varicella ................................................................... 6
2.2 Diagnosis
.................................................................................... 7
2.3 Tanda
dan Gejala ....................................................................... 7
2.4 Penyebab
Varicella .................................................................... 8
2.5 Patogenesis
................................................................................ 9
2.6 Dampak
Terhadap Kehamilan ................................................... 9
2.7 Dampak
Bagi Ibu Hamil dan Janin ........................................... 11
2.8 Pencegahan
................................................................................ 13
2.9 Penatalaksanaan
dan manajemen kebidanan ............................. 15
BAB III Kesimpulan Dan
Saran
3.1 Kesimpulan
................................................................................ 19
3.2 Saran
.......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 20
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Varicella,
yang biasa dikenal di Amerika Serikat sebagai cacar air, disebabkan oleh virus varicella-zoster.
Penyakit ini umumnya dianggap sebagai penyakit virus ringan, membatasi diri
dengan komplikasi sesekali. Sebelum vaksinasi varicella menjadi luas di Amerika
Serikat, penyakit ini menyebabkan sebanyak 100 kematian setiap tahunnya. Karena
vaksin varicella diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1995, insiden
penyakit telah secara substansial menurun. Bahkan saat ini, varicella tidak
benar-benar jinak. Satu studi menunjukkan bahwa hampir 1:50 kasus varicella
yang terkait dengan komplikasi. Di antara sebagian besar komplikasi serius
varicella pneumonia dan ensefalitis, keduanya terkait dengan angka kematian
yang tinggi. Selain itu, kekhawatiran telah dikemukakan mengenai hubungan
varicella dengan invasif parah penyakit streptococcus grup A. Amerika Serikat
mengadopsi vaksinasi universal terhadap varicella pada tahun 1995, yang
mengurangi tingkat mortalitas dan morbiditas dari penyakit ini.
Untuk
alasan yang jelas, anak yang tidak divaksinasi tetap rentan. Anak dengan
varicellamengekspos kontak dewasa di rumah tangga, sekolah dan pusat penitipan
anak dengan risiko berat, penyakit bahkan fatal. Varicella adalah umum dan
sangatmenular dan mempengaruhi hampir semua anak-anak rentan sebelum remaja.
Kedua kasus dalam rumah tangga sering lebih parah. Sekolah atau hubungi pusat
penitipan anak berkaitan dengan tingkat transmisi yang lebih rendah namun masih
signifikan. Anak-anak yang rentan jarang mendapatkan penyakit dengan kontak
dengan orang dewasa dengan zoster. Transmisi maksimum terjadi selama akhir
musim dingin dan musim semi. Varicella dikaitkan dengan respon imun humoral dan
sel-dimediasi. Respon ini menginduksi kekebalan yang tahan lama.
Ulangi
infeksi subklinis dapat terjadi pada orang-orang ini, namun serangan kedua dari
cacar air sangat jarang terjadi diorang imunokompeten. Reexposure dab infeksi
subklinis dapat berfungsi untuk meningkatkan kekebalan yang diperoleh setelah
episode cacar air, ini dapat berubah di era post vaksin. Varicella Zooster
Virus (VZV) adalah penyebab dari sindroma klinik Varicella atau Chickenpox.
Varicella
merupakan penyakit yang biasanya tidak berat, sembuh dengan sendirinya, dan
merupakan infeksi primer. Zooster sebagai kesatuan klinis yang berbeda,
disebabkan oleh reaktivitas dari VZV setelah infeksi primer, dimana VZV
(disebut juga Human Herpes Virus – 3 / HVH-3) sendiri adalah virus dengan DNA
double-stranded yang termasuk Alphaherpesvirinae. Setelah infeksi primer, VZV
menempati sistem saraf sensoris terutama di Geniculatum, Trigeminal, atau akar
Ganglia Dorsalis dan dormant disana untuk beberapa tahun.
Dengan
bertambahnya umur atau keadaan immunocompromised, virus menjadi aktif kembali
dan turun dari sistem saraf sensoris ke kulit sehingga muncul erupsi di kulit
atau keluhan lain seperti nyeri tanpa manifestasi yang nampak di kulit.
Varicella atau Chickenpox merupakan penyakit yang banyak ditemukan pada anak
usia sekolah, dimana lebih dari 90% kasus diderita anak usia kurang dari 10
tahun. Penyakit ini tidak berat pada anak yang sehat, meskipun morbiditas
meningkat pada orang dewasa dan pada pasien dengan immunocompromised. Data lain
menyebutkan bahwa morbiditas penyakit ini 4000 kasus di rumah sakit dalam satu
tahun, dan mortalitasnya 50 – 100 kematian dalam satu tahun, dengan perkiraan
biaya perawatan mencapai 400 juta dollar sehingga pada tahun 1995 diadopsilah
vaksinasi untuk penyakit ini (1,2).
1.2
Tujuan
a. Tujuan
Umum
Penulis mampu membuat Asuhan pada Bayi dan
Balita dengan Varicella.
b. Tujuan
Khusus Penulis diharapkan dapat :
1. Memahami
tentang penyakit varicella (definisi, diagnosis, tanda dan gejala, penyebeb,
patogenesis, dampak pada kehamilan, dampak bagi ibu hamil dan janin, pencegahan
dan penatalaksanaan).
2. Memahami
asuhan kebidanan pada pasien dengan varicella.
1.3
Manfaat
Manfaat
yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
memberikan gambaran tentang penyakit herpes, CMV dan Varicella.
2. Sebagai
bahan masukan untuk memperluas dan memperdalam pemahaman tentang penyakit
herpes, CMV dan Varicella.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Varicella
Varicella/chickenpox
atau sering disebut cacar air adalah suatu infeksi virus menular, yang
menyebabkan ruam kulit berupa sekumpulan bintik – bintik kecil yang datar
maupun menonjol, lepuhan berisi cairan serta keropeng, yang menimbulkan rasa
gatal. Infeksi varicella akut (chicken pox, cacar air , waterpoken) disebabkan
oleh virus varicella zoster yang merupakan virus herpes DNA (famili
herpesviridae) dan ditularkan melalui kontak langsung atau via pernafasan.
Hampir seluruh tubuh bisa terkena benjolan yang akan menyebar ke seluruh bagian
tubuh dan tanpa terkecuali pada bagian muka, kulit kepala, mulut bagian dalam,
mata, termasuk bagian tubuh yang paling intim.
Penyakit
kulit ini pun merupakan salah satu penyakit kulit yang penularannya sangat
cepat dan timbulnya pun secara tiba-tiba. Penyakit ini paling sering terjadi
pada anak-anak. Namun, orang dewasa juga bisa terkena penyakit ini kalau daya
tahan tubuh menurun. Biasanya, penyakit cacar air ini terjadi selama 17-21 hari.
Cacar air biasanya menyerang anak-anak yang dimulai dengan demam dan diikuti
munculnya bintil merah berair. Bintil-bintil ini baru akan hilang selama 17-24
hari.
Jika
seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan
tidak perlu divaksin lagi. Lamanya perlindungan dari vaksin ini belum dapat
diketahui secara pasti. Tapi biasanya, vaksinasi ulangan diberikan setelah 4-6
tahun. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur didalam tubuh manusia, lalu kadang
menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster.
Ibu
hamil merupakan salah satu dalam kelompok orang dewasa yang rentan terhadap
penyakit ini, apabila pada masa mudanya tidak atau belum pernah terkena
penyakit cacar air ini. Pada usia kehamilan 1-3 bulan bisa terjadi komplikasi
terhadap janin bayi, seperti keguguran, kelahiran mati atau bahkan bayinya
terkena sindrom congenital varicella atau infeksi pada janin bulan pertama yang
cukup berbahaya baik bagi sang janin maupun si ibunya tersebut. Namun,
prevelensi ibu hamil penderita cacar air ini yang mendapat komplikasi ini masih
rendah. Ibu hamil trimester pertama yang menderita cacar air akan dapat
menularkan cacar air kepada si janin. Bahayanya, bayi sangat mungkin terkena
herpes zooster pada usia 10 tahun. Bila mengenai wanita hamil trimester kedua,
virus ini dapat menyebabkan gangguan kehamilan. Sementara itu, ibu hamil yang
terkena cacar air pada saat akan melahirkan, akibatnya bisa lebih berat lagi,
yaitu kematian. Attack Rate pada individu yang rentan sekitar 90%.
2.2 Diagnosis
Diagnosa
ditegakkan atas dasar gambaran klinik meskipun usaha diagnosa juga dapat
ditegakkan dengan melakukan biakan virus dari vesikel dalam jangka waktu 4 hari
setelah munculnya ruam ruam kulit pada varicella didaerah punggung.
Pada tes serologi IgM
varicella zoster muncul pada minggu ke 2 melalui pemeriksaan ELISA atau CFT.
IgG juga meningkat dalam waktu 2 minggu setelah pemeriksaan IgM. Pemeriksaan
untuk menentukan imunitas seorang wanita adalah dengan menggunakan FAMA (Fluorescent
Antibody Membrane Antigen).
2.3 Tanda dan Gejala
Pada
penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan
lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat,
bisa di dapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Berapa hari kemudian
timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan
di sekitar dada dan perut.
Gejalanya
mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi. Pada anak-anak yang
berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala, demam sedang dan
rasa tidak enak badan. Gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak
yang lebih muda, gejala pada dewasa biasanya lebih berat. Setelah 24-36 jam
timbulnya gejala awal, muncul bintik-bintik merah datar (makula). Kemerahan
pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis.
Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk
secara tidak sengaja. Jika lenting ini tidak dibiarkan maka akan segera
membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak
di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan
pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Proses ini memakan waktu selama 6-8jam. Selanjutnya akan terbentuk
bintik-bintik dan lepuhan yang baru. Lain halnya jika lentingan cacar air
tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan
mongering lebih lama. Kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas
luka garukan tadi, setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan
bekas yang dalam.
Terlebih
lagi jika penderita adalah dewasa. Paada hari kelima biasanya sudah tidak
terbentuk lagi lepuhan yang baru, seluruh lepuhan akan mengering pada hari keenam
dan menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari. Pada bayi, misalnya bayi yang
usianya belum genap satu tahun akan lebih menderita pada saat terserang virus
ini karena demamnya bisa sangat tinggi. Kulitnya pun akan bisa terinfeksi
bakteri. Mereka belum bisa mengeluarkan apa yang dirisaukannya kecuali
menangis.
2.4 Penyebab Varicella
Secara
morfologis identik dengan virus Herpes Simplex. Virus ini dapat berbiak dalam
bahan jaringan embrional manusia. Virus yang infektif mudah dipindahkan oleh
sel-sel yang sakit. Virus ini tidak berbiak dalam binatang laboratorium. Pada
cairan dalam penderita, virus ini juga dapat ditemukan. Antibodi yang dibentuk
tubuh terhadap virus ini dapat diukur dengan tes ikatan komplemen, presipitasi
gel, netralisasi atau imunofluoresensi tidak langsung terhadap antigen selaput
yang disebabkan oleh virus.
Pada
varicella neontal (karena kontak bayi dengan ibu pada saat kelahiran) angka
kematian dapat mencapai 20%. Anak-anak dengan penyakit defisiensi kekebalan
tubuh, atau yang memperoleh obat imunosupresor atau obat sitotoksik mempunyai
resiko tinggi terkena varicella berat dan kadang fatal. Penyebab virus
varicella :
1.
Cara penularan melalui percikan ludah,
kontak langsung dengan barang yang digunakan penderita, udara.
2.
Biasanya menyerang anak di bawah 10 tahun
meskipun dapat juga menyeang orang dewasa.
3.
Pada anak dengan daya tahan tubuh cukup,
penyakit ini bersifat ringan dan jarang menimbulkan komplikasi, terapi pada
anak dengan immunodefisiensi, maka penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi
bahkan kematian.
4.
Virus varicella termasuk golongan herpes
virus yang disebut varicella herpes virus (VZV).
5.
Kontak pertama dengan virus akan
menimbulkan kekebalan yang permanen kecuali pada anak dengan immunodeficiency
atau pada anak yang mendapatkan pengobatan immunosupresif (hipostatiska).
6.
Virus yang masuk ke dalam tubuh umumnya
melalui saluran pernapasan, kemudian masuk ke sirkulasi darah dan kelenjar
getah bening dan akan brakhir dengan manifestasi dengan kulit.
7.
Mula-mula akan membentuk peradangan pada
folikel kulit dan glandula sebasea, kemudian membentuk makula (bentuknya hampir
rata dengan sekitarnya) yang berkembang cepat menjadi papula (bentuknya lebih
menonjol) dan berubah lagi menjadi vesikula (papula yang berisi cairan) dan
akhirnya mengering menjadi krusta.
8.
Pada pelapisan mukosa, terbentuknya
makula, papula, dan vesikula tidak akan menjadi krusta, namun biasanya vesikula
akan pecah membentuk luka yang terbuka, tetapi luka tersebut akan sembuh dengan
cepat.
2.5 Patogenesis
Infeksi
virus masuk bersama airborne droplet masuk ke traktus respiratorius, tidak
tertutup kemungkinan penularan juga lewat lesi kulit tapi penyebaran paling
efektif melalui sistem respirasi. Selanjutnya virus akan berkembang di dalam
sistem retikuloendotelial, kemudian akan terjadi virema disertai gejala
konstitusi yang diikuti dengan munculnya lesi di permukaan virus. Jalur
transmisi varicella melalui inhalasi/droplet infection, yang dianggap mulai
infeksius sejak 2 hari sebelum lesi kulit muncul.
Kemungkinan
lain penularan terjadi melalui lesi di kulit. Lesi di kulit dianggap tidak
infeksius setelah semua menjadi krusta, dengan kemungkinan penularan terjadi
sampai 10-21 hari (rata-rata 15 hari, sejak awal muncul lesi kulit). Tanda awal
varicella mungkin mirip gejala flu, dengan malaise dan demam, diikuti munculnya
lesi kulit yang khas. Pada suatu periode waktu didapatkan lesi berupa makula,
papula, vesikel/pustula, dan krusta, dengan lokasi tersebar/tidak berkelompok.
Penyebarannya :
1.
Biasanya mulai dar badan (dada), menyebar
ke wajah dan ekstremitas.
2.
Bentuk makula, papula vesikuladan krusta
dapat terjadi pada waktu yang sama. Bila terjadi infeksi skunder, cairan
vesikula yang jernih akan berubah menjadi nanah lymfodenopati.
2.6 Dampak Terhadap Kehamilan
5-10% wanita dewasa rentan terhadap
infeksi virus varicella zoster. Infeksi varicella akut terjadi pada 1:7500
kehamilan Komplikasi maternal yang mungkin terjadi :
1. Persalinan
preterm.
2. Ensepalitis
3. Pneumonia
Penatalaksanaan terdiri dari terapi
simptomatik namun harus dilakukan pemeriksaan sinar x torak untuk menyingkirkan
kemungkinan pneumonia mengingat bahwa komplikasi pneumonia terjadi pada 16%
kasus dan mortalitas sampai diatas 40%. Bila terjadi pneumonia maka perawatan
harus dilakukan di rumah sakit dan diterapi dengan antiviral oleh karena
perubahan dekompensasi akan sangat cepat terjadi.
Sindroma varicella kongenital dapat
terjadi. Diagnosa sindroma didasarkan atastemuan IgM dalam darah talipusatdan
gambaran klinik pada neonatus antara lain :
1. Hipoplasia
tungkai
2. Parut
kulit
3. Korioretinitis
4. Katarak
5. Atrofi
kortikal
6. mikrosepali
7. PJT
simetrik
Resiko terjadinya sindroma fetal adalah 2%
bila ibu menderita penyakit pada kehamilan antara 13-30 minggu dan 0.3% bila
infeksi terjadi pada kehamilan kurang dari 13 minggu. Bila infeksi pada ibu
terlihat dalam jangka waktu 3 minggu pasca persalinan maka resiko infeksi janin
pasca persalinan adalah 24% . Bila infeksi pada ibu terjadi dalam jangka waktu
5-21 hari sebelum persalinan dan janin mengalami infeksi maka hal ini umumnya
ringan dan “self limiting” Bila infeksi terjadi dalam jangka waktu 4 hari
sebelum persalinan atau 2 hari pasca persalinan, maka neonatus akan berada pada
resiko tinggi menderita infeksi hebat dengan mortalitas 30%. Imunoglobulin
varicella zoster (VZIG) harus diberikan pada neonatus dalam jangka waktu 72 jam
pasca persalinan dan di isolasi.
Plasenta
dan selaput ketuban adalah bahan yang sangat infeksius. Pada ibu hamil yang
terpapar dan tidak jelas apakah sudah pernah terinfeksi dengan virus varicella zoster
harus segera dilakukan pemeriksaan IgG. Bila hasil pemeriksaan tidak dapat
segera diperoleh atau IgG negatif, maka diberikan VZIG dalam jangka waktu 6
minggu pasca paparan. Imunisasi varciella tidak boleh dilakuykan pada kehamilan
oleh karena vaksin terdiri dari virus yang dilemahkan. Pada masa kehamilan
angka kejadian Herpes Zoster tidak lebih sering terjadi dan bila terjadi maka
tidak menimbulkan resiko terhadap janin. Bila serangan Herpes Zoster sangat
dekat dengan saat persalinan maka varicella dapat ditularkan secara langsung
pada janin sehingga hal ini harus dicegah.
2.7 Dampak Bagi Ibu Hamil dan Janin
Jika
Anda sedang hamil, sepatutnya perlu waspada jika tiba-tiba demam tinggi
disertai bintik-bintik seperti lepuhan kecil pada kulit. Kemungkinan besar Anda
terkena cacar air. Berarti Anda sudah terjangkit virus varicella zooster. Jika
tidak ditangani secara cepat dan tepat, penyakit ini menandatangkan masalah.
Khusus untuk ibu hamil, cacar air juga bisa menyebabkan kematian.
Ibu
hamil pada masa trimeter pertama biasanya kondisinya sedang lemah. Maklum, pada
saat ini biasanya sedang mual, muntah dan sering tidak mau makan, yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun. Pada saat sperti inilah kemungkinan cacar
air bisa menyerangnya. Jika terjadi pada trimester kedua dan ketiga, cacar air
umumnya tak menyebabkan kelainan bawaan. Namun kemungkinan bayi lahir prematur
atau menderita bintil-bintil berisi air setelah 10 hari dilahirkan.
Pencegahan
hanya bisa dilakukan dengan vaksinasi. Kehamilan cenderung memperburuk
perjalanan penyakit varicella. Infeksi varicella pada kehamilan meningkatkan
resiko kejadian komplikasi pneumonia. Infeksi varicella pada trimester awal
kehamilan memunculkan resiko kelainan konginital, sebesar 0,4-2%. Pada infeksi
yang terjadi pada akhir kehamilan (secara kesepakatan ditetapkan 5 hari sebelum
atau sesudah kelahiran) memunculkan resiko transmisi vertikal. Pada ibu hamil
penyakit ini dapat menular kepada janinnya lewat plasenta. Namun yang lebih
fatal apabila varicella zooster terjadi pada ibu hamil yang beberapa hari lagi
melahirkan, yang penularannya lewat darah karena bayi belum punya antibody dari
ibu sehingga teridentifikasi baru yang bisa berakibat kematian dan mengakibtkan
bayi baru lahir mengalami infeksi varicella berat.
Menurut
situs CDC (Center for Disease Control and Pravention), pada ibu hamil yang
tidak imun, terutama di empat bulan pertama kehamilan, penyakit cacar dapat
membuat janin berisiko terkena kelahiran bawaan yang disebut sindroma
varicella. Kondisi ini ditandai oleh adanya kelainan bawaan bisa berupa :
1.
Kerusakan otak : ensefalitas (radang
otak), mikrosefal (perkembangan otak terhambat, shingga otaknya menjadi kecil),
hidrosefal (gangguan sirkulasi cairan otak, sehingga otaknya menjadi besar),
aplasia otak, dan lain-lain.
2.
mata : Mikro-oftalmik (ukurannya kecil)
katarak, korioretinitis, gangguan saraf mata, dan lain-lain.
3.
Gangguan saraf : Kerusakan saraf spinal
(tulang belakang), gangguan saraf motorik (penggerak) dan sensorik (perasa),
hilangnya refleks, sindroma horner, dan lain-lain.
4.
Kerusakan tubuh : kegagalan pembentukan
tungkai tubuh (jari, tangan, kaki), gangguan anus dan otot kandung kencing, dan
lain-lain.
5.
Gangguan kulit : timbul jaringan parut (
seperti luka dalam ), gangguan warna kulit, dan lain-lain.
Ibu
hamil yang terkena cacar dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ultrasound
secara rinci setidaknya pada usia kehamilan 18-20 minggu, guna melihat ada
tidaknya tanda-tanda kelainan bawaan gangguan lain. Ada kalanya diperlukan
konsultasi dengan ahli genetik untuk membicarakan risiko yang akan timbul dan
keputusan apa yang sebaiknya diambil. Jika sakit cacar terjadi pada kehamilan
tua dan lebih dari lima hari sebelum melahirkan, kemungkinan kondisi bayi akan
baik-baik saja. Ini karena lima hari setelah terinfeksi virus cacar, tubuh si
ibu membangun antibodi terhadap virus dan bayi mendapatkan antibody tersebut
lewat plasenta.
Apabila
ibu terkena cacar 5-21 hari sebelum bayi lahir, ada kemungkinan si bayi terkena
cacar beberapa hari setelah lahir. Namun, karena sudah ada antibody, kondisinya
tidak parah. Akan lebih membahayakan jika penyakit cacar itu dialami ibu hamil
antara 5 hari sebelum melahirkan dan 2 hari setelah melahirkan. Si kecil
beresiko terpapar virus dan bisa menjadi serius karena tidak sempat mendapat
kiriman antibody dari sang ibu. Pada kasus ini, 30-40 % beresiko mengalami
varicella neonatal yang mungkin memerlukan penanganan jangka panjang, bahkan
sepanjang hidup.
Keparahan
ini bisa dikurangi dengan suntikan varicella zoster immune globulin (VZIG)
segera setelah lahir. Adapun yang harus dilakukan oleh ibu hamil :
1.
Ibu hamil harus diperiksa status
imunitasnya sebelum hamil atau paling tidak pada masa trimester pertama.
2.
Pencegahan dengan mendapat suntikan VZIG
(Varicella Zooster ImunoGlobulin) atau obat anti virus lain jika diketahui ibu
hamil kontak dengan penderita cacar air.
3.
Jika sudah terlanjur terjangkit, ibu perlu
dirawat untuk mencegah terjadinya komplikasi.
4.
Kalau terjangkit cacar menjelang masa
persalinan sampai setelah melahirkan, bayinya harus segera mendapat suntikan
VZIG atau penanganan maksimal dari dokter yang menangani ibu dan bayinya.
5.
Pembeian vaksinasi kepada ivu hamil harus
dilakukan dengan ekstra hati-hati agar tidak menimbulkan dampak lain yang
merugikan ibu maupun janin yang dikandung.
2.8 Pencegahan
Untuk
mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum pernah
mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan system kekebalan), bisa
diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin
varicella biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan. Pencegahan
varicella, selain dengan meningkatkan daya tahan tubuh, dapat ditempuh dengan
pemberian vaksinasi atau imunisasi immunoglobulin (IG) anti varicella.
Vaksinasi diberikan untuk mereka yang belum pernah terkena varicella.
Immunoglobulin diberikan setelah tejadi paparan (postexposure), terutama pada
pasien dengan status imun rendah, bayi baru lahir (BBL), dan ibu hamil.
Bila
sudah terjadi infeksi, prinsip terapi adalah suportif dan pemberian anti viral
sesuai indikasi. Anti viralterpilih adalah acyclovir, yang akan bekerja efektif
bila diberikan 72 jam pertama sesudah munculnya lesi. Indikasi mutlak pemberian
terapi anti viral meliputi status imun rendah, manifestasi klinis berat, serta
kehamilan trimester ke-3. Pasien dengan varicella perlu dirawat bila keadaan
umum lemah, lesi luas, atau untuk keperluan isolasi. Adapun pemeriksaan khusus
yang dilakukan pada kehamilan di setiap trimesternya ialah sebagai berikut :
1.
Trimester I
Selama
trimester pertama (0-12 minggu) pemeriksaan dilakukan setiap 4 minggu atau
setiap bulannya.
a.
Pap Smear Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mendeteksi adanya infeksi Chlamydia dan gonorea sehingga bayi terhindar dari
resiko infeksi mata, serta kanker leher rahim. Pemeriksaan dilakukan dengan
mengambil contoh lendir dari leher rahim. Dilakukan pada kunjungan pertama
namun tidak perlu dilakukan bila sebelumnya sudah melakukan pemeriksaan ini.
b.
TORCH Mengetahui apakah janin terkena 5
jenis infeksi mikroorganisme seperti, toxoplasma, rubella, virus
cytomegalovirus,dan herpes simpleks. Infeksi virus rubella pada trimester
pertama bisa menyebabkan buta,tuli, atau gagal jantung.
2.
Trimester II
Pada trimester kedua (13-26 minggu) pemeriksaan
dilakukan setiap empat minggu, baik pemeriksaan umum kehamilan dan pemeriksaan
khususnya.
a.
Alpha Fetoprotein/Triple Marker Alpha Fetoprotein
merupakan
protein yang diproduksi oleh janin. Tes AFP biasanya mengambil contoh darah ibu
atau air ketuban. Tes AFP biasanya diikuti dengan pengecekan hormone kehamilan
estriol dan human Chorionic Gonadotropin (hCG). Pemeriksaan ini dikenal sebagai
triple marke. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui tingkat
resiko janin terkena down syndrome atau neural tube defect (cacat batang
saraf). Kadar AFP yang terlalu rendah menandakan semakin tinggi resiko down
syndrome. Sebagai catatan, AFP tidak menujukan kondisi janin, hanya menghitung
resiko. Triple marker berfungsi mengetahui perlu tidaknya perawatan insulin
bagi ibu hamil penderita diabetes. Pemeriksaan biasanya dilakukan pada usia
kehamilan 16-18 minggu.
b.
Amniocentesis
Tes
ini dianjurkan untuk ibu hamil yang berusia lebih dari 35 tahun, ada anggota
keluarga yang mengalami kelainan genetik, atau anak yang lahir sebelumnya
menderita cacat bawaan. Tujuan tes ini untuk mendeteksi down syndrome dan
kelainan kromosom, cacat structural, (spina bifida atau anensefali). Jika
dilakukan pada akhir kehamilan, hasinya bisa menggambarkan kondisi paru-paru
bayi. Yang diperiksa adalah contoh air ketuban dan tes ini dilakukan pada umur
kehamilan 16-18 minggu paling lambat pada umer 20 minggu.
c.
Kardosentesis
Mengambil
sampel darah dari tali pusat janin bertujuan untuk mendeteksi kelainan kromosom
lebih cepat daripada amniocentesis atau ultrasonografi. Memeriksa kemungkinan
adanya anemia pada janin.
3.
Trimester III
Pemeriksaan
ini biasanya dilakukan pada kehamilan beresiko tinggi. Tujuannya untuk
mengetahui reaksi janin terhadap stimulant yang diberikan. Jika dilakuakn
setelah melewati tanggal perkiraan bayi, tes ditujukan untuk memastikan bayi
mendapat cukup oksigen. Pemeriksaan ini dilakukan pada minggu 26-28 ketika
detak jantung janin bisa merspon sstimulus yang diberikan. Atau seminggu
setelah melewati tanggal perkiraan lahir.
2.9 Penatalaksanaan Dan Manajemen
Kebidanan
Seperti
penyakit yang disebabkan oleh virus pada umumnya, cacar air juga memiliki
vaksin yang mampu menangkalnya. Bahkan dapat menembus angka smapai 90%. Bila
sebelum usia 13 tahun anak sudah mendapatkan vaksin cacar air, ia tidak akan terkena
cacar air seumu hidupnya.
Tidak
ada terapi yang spesifik untuk penyakit yang satu ini. Apabila demam, diberikan
obat penurun panas. Untuk mrngurangi rasa gatal dapat diberika bedak ditambah
dengan zat antigatal. Bedak ini, selain untuk mengurangi rasa gatal, juga
mencegah pecahnya lepuhan secara cepat. Jika cacar air ini dapat timbul infeksi
sekunder, maka akan dapat diberikan antibiotika.
Untuk
mengurangi rasa gatal dan mencegah pergarukan, sebaiknya kulit dikompres
dingin. Bisa juga dioleskan lotion kalamin, anthihistamin atau lainnya yang
mengandung mentol dan fenol.
Untuk
mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya :
1.
Kulit dicuci sesering mungkin dengan air
dan sabun.
2.
Menjaga kebersiahan tangan.
3.
Kuku dipotong pendek.
4.
Pakaian tetap kering dan bersih.
Adapun penderita varicella dapat diberikan
pengobatan sebagai berikut :
1.
Topical : Bedak dan antibiotika
2.
Sistemik : Sedativa, antipiretik,
antibiotika untuk infeksi sekunder, acyclovir.
Pengobatan
varicella dibagi menjadi 2, yaitu pada penderita normal dan penderita dengan
imunokompromise atau penurunan system imun :
a) Normal
1)
Neonatus → Acylovir 500mg/m2 setiap 8 jam
selama 10 hari.
2)
Anak-anak → terapi sintomatis atau Acyclovir
20mg/kgBB selama 7 hari.
3)
Dewasa atau dengan kortikostreoid → Acylovir
5x 800mg selama 7 hari.
4)
Wanita hamil, Pnemonia → Acylovir 5x 800mg
selama 7 hari atau Acylovir IV 10mg/BB setiap 8jam selama 7 hari.
b)
Imunokompromise
Selain
pengobatan diatas untuk menurunkan demam, sebaiknya digunakan Asetamofen,
jangan Aspirin. Obat anti-virus boleh diberikn kepada anak yang berusia lebih
dari 2 tahun. Asiklovir biasanya diberikan kepada remaja, karena pada remaja
penyakit ini lebih berat. Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit jika
diberikan dalam waktunya 24 jam setelah munculnya ruam yang pertamanya. Obat
anti-virus lainnya adalah Vidarabin.
Setelah masa penyembuhan varicella,
dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka yang ditimbulkan dengan banyak
mengkonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah mengkonsumsi obat.
Konsumsi vitamin C placebo ataupun yang langsung dari buah-buahan segar seperti
juice jambu biji, juice tomat atau anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit
bisa didapat dari placebo, minuman dari lidah buaya, ataupun runput laut.
Penggunaan lotion yang mengandung pelembab ekstra saat luka sudah benar-benar
sembuh diperlukan untuk menghindari iritasi lebih lanjut. Selain pengobatan di
atas dapat dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui hasil pemeriksaan,
seperti :
1.
Labolatorium
Pemeriksaan
labolatorium tidak dibutuhkan untuk diagnosis karena varicella dapat terlihat
dari gejala klinis. Kabanyakan pada anak-anak dengan varicella terjadi
leukopeni pada 3 hari pertama, kemudian diikuti dengan leukositosis.
Leukositosis mengindikasikan adanya infeksi bakteri sekundre, tetapi tidak
selalu. Kebanyakan pada anak-anak dengan infeksi bakteri sekunder terjadi
leukositosis.
2.
Pemeriksaan serologi
Digunakan
untuk mengkonfirmasi infeksi yang lalu untuk menentukan status kerentanan
pasien. Hal ini berguna untuk menentukan terapi pencegahan pada dewasa yang
terekspos dengan varicella. Identifikasi virus varicella zoster secara cepat
diindikasikan pada kasus yang parah atau penyakit belum jelas yang membutuhkan
pengobatan antiviral dengan cepat. Metode yang paling spesifik yang digunakan
adalah Indirect Fuorescent Antibody (IFA), Fluorecent Antibody to Membrane
Antigen (FAMA), Neutralization Test(NT), dan Radioimmunoassay (RIA). Tes
serologis tidak diperlukan pada anak, karena infeksi pertama memberikan imunitas
yang pasti pada anak.
3.
Radiologi
Foto
Toraks : Anak-anak dengan suhu yang tinggi dan gangguan respirasi seharusnya
dilakukan foto toraks untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya pneumonia.
Varney juga menjelaskan mengenai
evaluasi yang harus dilakukan pada wanita yang dicurigai mengidap varisela yang
dituangkan dalam bentuk tabel penatalaksanaan dibawah ini. Penatalaksanaan
Wanita Hamil dengan Varisela Berdasarkan Pajanan pada Pasien atau Jalur
Penularan
1.
Jalur Pajanan/Penularan Penatalaksanaan
Perawatan Anggota keluarga yang terpajan varisela (misal: anak yang dititipkan
di tempat penitipan anak)
1)
Kaji riwayat pajanan varisela pada anggota
keluarga
2)
Lakukan tes serologi untuk memeriksa kekebalan
wanita terhadap varisela
3)
Sarankan untuk menghindari kontak langsung
dengan anggota keluarga yang terinfeksi sampai masa inkubasi berakhir tanpa ada
tanda-tanda infeksi.
2.
Pajanan langsung varisela (anak yang
terinfeksi varisela)
1)
Lakukan tes serologi untuk mengetahui kekebalan
tubuh terhadap varisela
2)
Berikan VZIG dalam 96 jam sejak wanita
terpajan, jika kekebalan wanita tersebut terhadap varisela negatif atau tidak
diketahui.
3.
Infeksi varisela pada ibu dalam 20 minggu
pertama kehamilannya
1)
Beri antipiretik dan analgesik ringan
untuk mengurangi gejala
2)
Apabila wanita tersebut sedang menderita
penyakit yang parah dan tiba-tiba disertai panas tinggi, ruam yang menyebar
luas, dan atau gejala penyakit paru, segera rujuk dokter untuk mendapat obat
asiklovir IV
3)
Konsul ke dokter untuk pemeriksaan
ultrasonografi dan kemungkinan pengambilan sampel darah janin (mengidentifikasi
infeksi pada janin)
4.
Infeksi varisela pada ibu hamil setelah 20
minggu tetapi tidak lebih dari sepuluh hari persalinan
1)
Beri antipiretik dan analgesik ringan
untuk mengurangi gejala
2)
Apabila wanita tersebut sedang menderita
penyakit yang parah dan tiba-tiba disertai panas tinggi, ruam yang menyebar
luas, dan atau gejala penyakit paru, segera rujuk dokter untuk mendapat obat
asiklovir IV
3)
Janin akan mendapat kekebalan pasif dari
ibu
5.
Varisela pada ibu dimulai dalam masa enam
hari sebelum melahirkan
1)
Beri VZIG kepada ibu
2)
Siapkan sebagai antisipasi tindakan
tokolisis
3)
Beri VZIG kepada bayi pada saat lahir
4)
Kemungkinan bayi perlu diisolasi dari
ibunya, kendati tidak ada ruam pada tubuh ibu
5)
Kemungkinan pemberian ASI dengan
menggunakan pompa untuk meminimalkan kontak bayi dengan lesi pada ibu
6.
Varisela pada ibu dimulai dalam 72 jam
pertama pascapartum
1)
Obati bayi baru lahir denga VZIG
2)
Obati ibu dengan VZIG, jika tidak ada ruam
(mengurangi risiko infeksi serius)
3)
Isolasi bayi dan ibu secara bersamaan
4)
Pemberian ASI dilakukan dengan pompa untuk
meminimalkan kontak bayi dengan lesi pada ibu
7.
Pajanan varisela pada ibu/bayi setelah 72
jam pertama pascapartum
1)
Pastikan status serologi ibu (ibu yang
memiliki kekebalan akan memberi antibodi kepada bayinya)
2)
Obati bayi dari ibu yang tidak memiliki
kekebalan terhadap varisela dengan VZIG atau beri tahu tenaga kesehatan yang
menangani bayi
3)
Hindari kontak ibu/bayi dengan individu
yan terinfeksi varisela
Sumber : Centers for Disease Control
and Prevention. National Immunization program. Varicella. Dalam Epidemiology
and prevention of Vaccine Preventable disease, ed ke-7. CDC. Atlanta, GA: April
2002
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seorang
ibu hamil harus merawat kehamilannya sejak dini dengan memeriksakan diri secara
teratur ke dokter dan atau tenaga medis yang berkompeten, menjaga kebersihan
dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Karena gizi ibu hamil, kebersihan dan
pemeriksaan teratur (Ante natal care) mempunyai peranan penting tidak saja agar
proses kelahiran mudah, tetapi yang lebih penting lagi adalah bayi yang
dilahirkan dalam kondisi sehat. Kondisi kehamilan dapat terpengaruh beberapa
keadaaan, antara lain adalah penyakit infeksi.
Beberapa
penyakit infeksi yang didapat, terutama pada kehamilan dini bisa menyebabkan
terjadinya keguguran dan dampak yang serius pada janin, sehingga dapat
menimbulkan kelainan-kelainan dan cacat pada bayi yang dilahirkan. Penyakit
Varicella Cytomegalovirus, Herpes simplex virus pada kehamilan menunjukkan
prevalensi yang cukup tinggi, berkisar antara 5,5-8,4 %. sehingga sulit kiranya
dipisahkan antara penyebab penyebab penyakit beberapa jenis virus tersebut.
Selain dapat menyebabkan komplikasi yang bermacam-macam pada janin, infeksi
TORCH merupakan salah satu faktor penyebab infertilitas pada wanita. Dari
kajian klinis menyatakan bahwa prevalensi infeksi toxoplasma pada infertilitas
mempunyai rentan berkisar antara 7-18%, dan secara umum infeksi ini bertambah
dengan makin bertambahnya umur penderita.
3.2
Saran
Bagi
Ibu ibu yang hamil hendaknya memeriksakan dirinya secara rutin mnimal 4 kali
selama kehamilan agar bisa dideteksi secara dini bila ada kelainan pada
janinnya.
Bagi
petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan Pengetahuan dan keterampilannya
untuk menurunkan angka mortalitas dan morbilitas Ibu dan anak.
Bagi
teman teman agar belajar yang rajin agar kelak bisa menangani pasien dengan
profesional
DAFTAR
PUSTAKA
Adhi Djuanda (1993).
Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas Indonesia,
Jakarta, 1993.
Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC : Jakarta.
Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dsar Mnusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika :
Jakarta
Nugraheny,Esti.2010.Asuhan Kebidanan Pathologi.Yogyakarta: Pustaka Rihama
0 komentar:
Posting Komentar