Rabu, 21 September 2016

Anestesi: Efek Samping Menggunakan Epidural saat Persalinan

0


Ketika seorang wanita mengalami persalinan, rasa sakit umumnya turut menyertai selama proses kelahiran bayi. Ketika rasa sakit begitu hebat, dokter mungkin akan memberikan epidural sebagai anestesi atau penghilang rasa sakit. Suntikan epidural memiliki sifat anestesi lokal yang akan membuat bagian pinggang ke bawah kehilangan sensasi rasa yang berarti membebaskan proses persalinan dari rasa sakit. Meskipun epidural amat bermanfaat menghilangkan rasa sakit, terdapat beberapa efek samping yang perlu diperhatikan.
Berikut adalah efek samping epidural.

Setelah Kelahiran
1. Mengganggu proses persalinan
Epidural akan memperlambat proses persalinan dan mengurangi kemampuan kontraksi rahim. Hal ini karena epidural menghambat pelepasan hormon oksitosin selama persalinan untuk membantu kontraksi rahim. Ketika kemampuan kontraksi rahim menurun, suntikan pitocin harus diberikan yang merupakan bentuk sintetis dari oksitosin.
2. Menurunkan tekanan darah
Dalam beberapa kasus, epidural akan menurunkan tekanan darah.
3. Masalah kandung kemih
Epidural mungkin akan mempengaruhi kemampuan untuk mengendalikan kandung kemih. Dalam pengaruh epidural, pasien tidak merasa kalau kandung kemihnya sudah penuh.
4. Sakit kepala
Salah satu efek samping utama epidural adalah timbulnya sakit kepala. Hal ini mungkin disebabkan oleh kebocoran cairan tulang belakang. Jika sakit kepala tidak kunjung hilang maka ‘blood patch’ diberikan kepada pasien. Blood patch adalah injeksi yang mengandung darah pasien yang diberikan ke dalam ruang epidural untuk meredakan sakit kepala.
5. Nyeri punggung
Epidural juga bisa memicu nyeri punggung yang kadang tidak hilang lama setelah melahirkan.
Efek Samping pada Bayi
Bayi mungkin mengalami kesulitan saat menyusu ke puting yang dapat menyebabkan banyak masalah. Selain itu, selama persalinan bayi mungkin mengalami depresi pernapasan, malposisi, dan peningkatan denyut jantung.
Efek Samping Jangka Panjang
Berikut adalah beberapa efek samping jangka panjang epidural.
1. Berpotensi menyebabkan kebocoran cairan tulang belakang yang memicu mual dan sakit kepala.
2. Penurunan kekebalan tubuh.
3. Peningkatan abnormal nafsu makan.
4. Membuat gula darah menjadi tinggi.
5. Tubuh menjadi rentan terhadap infeksi.
6. Berpotensi menyebabkan radang perut dan katarak.
7. Menyebabkan nekrosis avaskular (tulang mati) yang bisa terjadi di bahu, pinggul, atau lutut.
8. Mungkin memperburuk diabetes pada pasien yang sudah menderita kondisi ini.
9. Berisiko menyebabkan kerusakan saraf permanen.
Memiliki pengetahuan mendalam tentang efek samping epidural akan menjadi bekal sebelum menyetujui penggunaan anestesi ini. Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan menggunakan epidural selama persalinan.

Sumber : http://www.amazine.co/18340/anestesi-efek-samping-menggunakan-epidural-saat-persalinan/

Senin, 13 Juni 2016

Psikologi wanita sebagai ibu

0


Wanita sebagai ibu
Pengertian wanita
Berasal dari kata vani atau vanita (sanskerta) berarti keinginan.
Wanita adalah perempuan dewesa yang menitik beratkan kepada sifat keibuan secara fungsional dalam tanggungjawab.
Pengertian ibu
Ibu berasal dari kata empu ( sanskerta) yang berarti mulia, dihormati, membimbing dan mengasuh. Ibu adalah orangtua perempuan seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial.
Pengertian wanita sebagai ibu
Perempuan dewasa yang lebih menonjol pada sifatnya sebagai yang mulia, dihormati, membimbing, mengasuh atau dapat dikatakan sebagai guru, penuntun yang penuh kasih dan perawat walaupun tidak semata-mata dibatasi oleh hubungan biologis.

Proses perubahan dan pencapaian peran wanita sebagai ibu
1.      Tahap psikososial dalam mencapai peran
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi
3.      Aktivitas pencapaian peran ibu
Tahap psikososial dalam pencapaian peran
1.      Anticipatory stage adalah seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain.
2.      Honeymoon stage adalah ibu mulai memahami peran dasar yang dijalaninya pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari keluarga lain
3.      Plateu stage adalah ibu akan mencoba apakah mampu berperan sebagai ibu tahap ini memerlukan wakru sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri
4.      Disengagement adalah merupakan tahap penyelesaian yang mana latihan peran sudah berakhir
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam beradaptasi
1.      Kehamilan direncanakan atau tidak
2.      Efek faktor obstetri
3.      Usia
4.      Penggunaan dan penyalahgunaan obat
5.      Citra perubahan tubuh
Pencapaian peran ibu menurut salmah
·         Aktivitas taking on adalah meniru sikap orang lain, belajar dari berbagai sumber tentang kehamilan, persalinan dan perawatan bayi, mencoba menggendong, menyuapi dan mengganti popok bayi
·         Aktivitas taking in adalah membayangkan dirinya saat melahirkan, mengurus anak, hubungan suami dengan keluarga
·         Aktivitas letting go adalah mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan peran dari sebelumnya melepas peran yang tidak lagi sesuai
Keadaan dan perubahan psikologi
·         Ibu berusaha untuk menjadi orangtua yang terbaik bagi anaknya
·         Ibu berusaha menghilangkan sifat atau perilaku buruk
·         Ibu berusaha memberikan semua kasih sayangnya
Faktor yang mempengaruhi perubahan psikologi
1.      Fungsi keibuan
2.      Sifat keibuan
3.      Relasi ibu dan anak
4.      Ibu tiri dan ibu angkat

1.      Fungsi keibuan
·         Memenuhi kebutuhan fisiologi dan psikis
·         Peran dalam merawat dan mengurus keluarga
·         Peran ibu sebagai pendidik
·         Peran ibu sebagai contoh dan teladan
·         Peran ibu sebagai manager
·         Ibu memberi rangsangan dan pelajaran
·         Peran ibu sebagai istri
2.      Sifat keibuan
Merupakan sifat yang lazim dimiliki wanita, sifat tersebut mendorong seorang wanita untuk bersikap lemah lembut, penuh kasih sayang dan ketulusan, tetapi dari kesemuanya itu tidak menutup kemungkinan seorang wanita atau ibu tidak memiliki sifat keibuan.
Sifat-sifat keibuan secara garis besar digolongkan dalam 2 ide:
·         Kualitas tertentu dari karakter dan kepribadian wanita yang bersangkutan
·         Gejala emosional pada wanita tersebut, yang bersumber pada ketidakberdayaan bayi dan anak, sebab bayi atau anak selalu bergantung dan membutuhkan pertolongan serta pemeliharaan, terutama dari ibunya.
3.      Relasi ibu dan anak
Sifat keibuan bersangkutan dengan relasi ibu dengan anak sebagai kesatuan fisiologi, psikis dan sosial.
Relasi dimulai sejak kehamilan sampai proses perawatan dan proses membesarkan anak relasi bisa terjalin dengan baik apabila adanya pengertian dan pemahaman ibu terhadap sikap yang dimiliki anaknya serta terjalin komunikasi antara ibu dan anak.
3 fase perkembangan relasi ibu dan anak selama hamil
                        Fase 1
·         Menerima fakta kehamilan
·         Berkata “ saya hamil”
Fase 2
·         Menerima janin tumbuh sebagai sesuatu yang terpisah dan perlu dirawat
·         “ saya akan memiliki bayi”
Fase 3
·         Mempersiapkan diri untuk melahirkan dan mengasuh anaknya
·         “saya akan menjadi ibu” 

Respon dan kemampuan yang dipakai untuk memeperkuat ikatan ibu dan anak
·         Sentuhan
·         Kontak mata
·         Suara
·         Aroma
·         Entraiment
·         Bioritme

Ibu tiri dan ibu angkat
            Ibu tiri
·         Anak-anak yang ditinggal pergi oleh ibunya atau ibunya meninggal dunia. Kemudian, kedudukan ibu yang melahirkan anak tersebut ditempati oleh wanita lain seiring pernikahan ayahnya.
·         Wanita pengganti memiliki otoritas penuh dalam menjalankan semua hak dan kewajiban sebagaimana ibu kandung
Sehubungan hal tersebut sikap ibu sejati dipengaruhi oleh :
·         Lingkungan
·         Orang yang ada disekitar
·         Fantasi-fantasi tentang ibu tiri pada usia muda
Kepribadian wanita menentukan sifat keibu-tirian-nya
Nasib anak-anak tiri dan fungsi ibu tiri itu sendiri sebagian besar di-determinir oleh mutu cinta wanita tadi kepada suaminya, dan oleh kepribadiannya. Jika wanita yang bersangkutan sifatnya sungguh-sungguh halus-mesra dan sangat feminim, iya pasti rela berkorban diri demi kebahagiaan suami dan anak-anak tirinya agar bisa berfungsi sebagai ibu yang baik.

Ibu angkat 
seorang wanita yang mengadopsi anak (mengambil anak) baik satu atau lebih dikenal atau tidak orangtua anak tersebut karena didasari oleh keinginan memiliki anak. secara umum keinginan untuk menjadi ibu tidak terkabul karena mandul dan tidak bisa melahirkan seorang bayi.
Terdapat 2 faktor pada wanita untuk memehami ibu angkat :
1.      Kapasitas-kapasitas keibuan atau maternal wanita ini dalam relasinya dengan anak angkatnya
2.      Motivasi-motivasi tertentu yang mendorong wanita tersebut mengangkat seorang bayi atau anak seorang wanita lain baik sebelumnya dikenal atau tidak

Pokok-pokok wanita menjadi steril
·         Ketakutan sendiri untuk menjalani fungsi-fungi biologisnya.
·         Mau mengeksploitir kepuasan-kepuasan seksual saja tanpa bersedia menanggu resiko punya anak
·         Tipe wanita androgynus yang mengingkari tugas-tugas reproduktif dan menginginkan memiliki seorang bayi menurut konsepsi dan fantasi sendiri
·         Kencenderungan-kencederungan homoseksualitas atau lesbian
·         Ketegangan-ketegangan batin yang neoritis sifatnya dll
·         Fantasi-fantasi parthenogenetis yang ingin melahirkan seorang bayi tanpa pertolongan atau lantaran seoran pria
Adopsi dapat merangsang kelahiran anak sendiri
Kondisi tidak punya anak adalah motif paling kuat dan paling banyak untuk usaha adopsi. Kehadiran anak angkat bisa merangsang konstitusi fisik dan psikis seorang ibu untuk melahirkan anaknya sendiri.
Hal-hal yang membantu wanita sebagai seorang ibu
·         Jadikan suami sebagai partner
·         Beri kesempatan suami dalam mengurus rumah tangga
·         Realistis – cari bantuan
·         Jangan merasa bersalah
·         Waktu untuk “saya”
·         Waktu untuk suami
Referensi :
Kartono, kartini.2007.psikologi wanita (jilid II) mengenal wanita sebagai ibu dan nenek. Bandung:CV mandar maju
Marni dan margiati.2013.pengantar psikologi kebidanan.yogyakarta:pustaka pelajar

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN FASE DEWASA

0


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang eksploratif dan potensial. Manusia dikatakan makhluk yang eksploratif karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia sebagai makhluk potensial karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemempuan bawaan yang dapat diembangkan secara nyata. Selanjutnya manusia disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal memerlukan bantuan dari luar dirinya.
Bantuan yang dimaksud antara lain adalah dalam bentuk bimbingan serta pengarahan. Binbingan dan pengarahan yang diberikan dalam membantu perkembangan tersebut pada hakekeatnya diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudaah tersimpan sebagai potensi bawaannya. Karena itu bimbingan tidak searah dengan potensi yang dimiki akan berdampak negative bagi perkembangan manusia.
Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa dewasa, atau biasa disebut dengan masa adolesen. Ketika manusia meginjak masa dewasanya sudah terlihat adanya kematangan dalam dirinya.
Kematangan jiwa tersebut menggambarkan bahwa manusia tersebut sudah menyadari makna hidupnya. Dengan kata lain manusia dewasa sudah mulai memilih nilai – nilai atau norma yang telah dianggap mereka aik untuk dirinya serta mereka berudaha untuk mempertahankan nilai – nilai atau norma – norma yang telah dipilihnya tersebut.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian psikologi perkembangan pada fase dewasa?
2.      Apa saja karakteristik perkembangan pada fase dewasa?
3.      Bagaimana perkembangan kepercayaan pada fase dewasa?
BAB II
LANDASAN TEORI
  1. Pengertian psikologi perkembangan fase dewasa
Pengertian psikologi menurut istilah (terminologi) memiliki pendapat berlainan yang dikemukakan banyak para ahli psikologi, namun secara garis besar Sartain dalam bukunya Psychology understanding Human Behavior serta Woodworth dan Marquis memiliki pendapat yang senada dengan M.Surya, Nana Syaodih dan Sarlito Wirawan Sarwono, yaitu “Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku atau kegiatan individu (manusia) dalam interaksi (hubungan) dengan lingkungannya
Menurut pendapat J.P Chaplin, 1979 dan Ross Vasta, dkk.,1992 dapat isimpukan bahwa psikologi perkembangan marupakan salah satu bidang psikologi yang memfokuskan kajian atau pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan dari masa konsepsi (pra-natal) sampai mati
Sedangkan istilah “dewasa” berasal dari kata latin yaitu adults yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan telah siap meneria kedudukan dalam masyarakat bersamaan dengan orang dewasa lainnya Jadi psikologi perkembangan fase dewasa yaitu salah satu bidang psikolog yang memfokuskan pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan pada fase dewasa.
2.      Karakteristik Perkembangan pada Fase Dewasa
Setiap kebudayaan memuat pembedaan usia kapan seseorang mencapai status dewasa secara resmi. Masa dewasa dapat dikatakan sebagai masa yang paling lama dalam rentang hidup. Selama masa yang panjang ini, perubahan fisik dan psikologis terjadi pada waktu-waktu yang dapat diramalkan yang menimbulkan masalah-masalah penyesuaian diri, tekanan-tekanan, serta harapan-harapan. Saat terjadinya peubahan-perubahan fisik dan psikis tertentu, masa dewasa biasanya dibagi menjadi tiga periode yang menunjuk pada perubahan-perubahan tersebut,yaitu:
a)      Masa dewasa dini (dewasa awal)
Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Periode ini secara umum berusia sekitar 18-25 dan berakhir sekitar 35-40 thn.Dewasa Dini, memiliki ciri-ciri yaitu :
  • Fsikis : fungsi organ-organ berjalan dengan sempurna dan mengalami masa produktifitas yang tinggi
  • Fungsi motorik : memiliki kecepatan respon yang maksimal dan mereka dapat menggunakan kemampuan ini dalam situasi tertentu dan lebih luas.
  • Fungsi psikomotorik :Kemampuan kaki : mampu berjalan dan meloncat secara maksimal, biasanya atlit yang berprestasi mencapai puncak kejayaannya atau klimaknya pada usia dewasa muda.
  • Bahasa : Keterampilan berbahasa lebih dikuasai, dan lebih supel serta mudah berkomunikasi dengan orang lain.
  • Intelegensi : Kemampuan berfikir lebih realistis dan berfikir jauh kedepan, strategis dan selalu bersemangat untuk  berwawasan luas.
  • Emosional : stabilitas emosi masih mengalami naik turun, namun tetap terkontrol dan cendrung mengarah ketitik ketitik keseimbangan dan bisa mnerima tanggung jawab.
  • Kepribadian
1.      Masa dewasa dini sebagai masa kreatif
2.       Masa dewasa dini sebagai masa keinginan mandiri
3.      Masa dewasa dini sebagai masa komitmen ; Suatu komitmen dibuat oleh orang dewasa muda karena mereka dituntut untuk menjadi orang dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab bagi kehidupannya sendiri.
4.      Masa dewasa dini sebagai masa ketergantungan
  • Sosial : Masa dewasa dini biasanya akan lebih supel dalam berteman namun kondisi mereka seringkali mengubah cara berteman kerah kelompok-kelompok.
  • Moralitas dan keagamaan :  masa dewasa dini selalu memiliki keinginan untuk bisa mengikuti nilai-nilai adapt istiadat yang berlaku, begitu pula dengan nilai keagamaan yang memiliki tempat tersendiri dihati orang dewasa, namun seringkali dewasa muda belum bisa mengikuti nilai-nilai tersebut secara sempurna.
b)      Masa dewasa madya (dewasa tengah)
Usia madya berusia sekitar 35-40 tahun & berakhir sekitar 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai dengan adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diiringi oleh penurunan daya ingat. Usia madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi dalam dua sub bagian, yaitu: (1) Usia madya dini dari usia sekitar 35-50 tahun, dan (2) Usia madya lanjut dari 50-60 tahun. Pada periode usia madya lanjut, perubahan fisik dan psikologis menjadi lebih kelihatan. Ciri- ciri dari masa dewasa madya yaitu:
  • Fsikis : fungsi organ-organ berjalan sempurna namun mulai mengalami gangguan-gangguan, seperti penyakit pada saluran pencernaan, dll.
  • Fungsi motorik : memiliki kecepatan respon yang baik, tetapi diakhir usia dewasa madya kecepatan respon mengalami penurunan.
  • Fungsi psikomotorik :
Kemampuan kaki : mampu berjalan dan meloncat, diakhir usia madya kemampuan kaki mulai mengalami keterbatasan.
  • Bahasa : Keterampilan berbahasa lebih sopan, agak bijak dan lebih dewasa
  • Intelegensi : Kemampuan berfikir masih realistis.
  • Emosional : stabilitas emosi masih sudah seimabang, terkontrol.
  • Sosial : Masa dewasa madya awal biasanya lebih giat bermasyarakat dan mengenal tetangga.
  • Moralitas dan keagamaan :  sangat menghargai adat istiadat dan daya tarik kearah religi mulai terlihat apalagi diusia madya akhir.
c)               Dewasa akhir (usia lanjut)
Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan apakah pria atau wanita usia lanjut akan melakuan penyesuaian diri secara baik atau buruk. Akan tetapi, ciri-ciri usia lanjut cendrung menuju dan membawa penyesuaian diri yang buruk daripada yang baik dan kepada kesengsaraan dari pada kebahagiaan. Ciri-ciri usia lanjut yaitu:
·         Perbedaan Individual Pada Efek Menua
           Sebagai kebiasaan hukum umum bahwa penuaan fisik lebih cepat dibandingkan dengan penuaan mental, walaupun hal yang sebaliknya juga kadang-kadang terjadi, terutama apabila seseorang sangat memikirkan proses ketuannya dan membiarkan saja penuaan mentalnya terjadnya terjadi apabila tanda-tanda pertama ketuaan fisik tampak.
·         Perubahanfungsi inderawi
Terjadi perubahan umum fungsi inderawi pada usia lanjut, mulai dari terjadi kemunduran atau berkurang fungsinya, hingga kehilangan fungsi inderawi, yaitu: indra penglihatan, indera pendengaran, indera perasa, indera penciuman, indra perabaan dan indera sensitivitas terhadap rasa sakit.
·         Perubahan Kemampuan Motorik
-  kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh.
-  Penurunan kecepatan dalam bergerak mulai melemah
-  Kekuatan orang usia lanjut cendrung menjadi canggung dan kagok.
3. Perkembangan kepercayaan pada orang dewasa
Dari segi ilmu jiwa Agama, dapat dikatakan bahwa perubahan keyakinan atau perubahan jiwa agama pada orang dewasabukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan saja, dan tidak pula merupakan pertumbuhan yang wajar, akan tetapi adalah suatu kejadian yang didahului oleh suatu proses dan kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari. Perkembangan jiwa agama pada orang dewasa, yang terpenting ialah yang dinamakan “konversi Agama”, keyakinan yang berupa mistik, dan perubahan kearah acuh tak acuh terhadap ajaran agama.
Walter Houston Clark dalam bukunya “ The Psychology of Religion “ memberikan definisi konversi sebagai berikut :
Konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama. Lebih jelas dan lebih tegas lagi, konversi agama menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba kea rah mendapat hidayah Allah secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal. Dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.
Diantara  masalah-masalah yang patut diteliti oleh Ilmu Jiwa Agama tentang konversi agama, antara lain :
1.      Proses Konversi Agama
Dalam membicarakan proses terjadinya konversi agama, sebenarnya sukar untuk menentukan satu garis, atau satu rentetan proses yang akhirnya membawa kepada keadaan keyakinan yang berlawanan dengan keyakinannya yang lama. Proses ini berbeda antra satu orang dengan yang lainnya, sesuai dengan pertumbuhan jiwa yang dilaluinya, serta pengalaman dan pendidikan yang diterimanya sejak kecil, ditambah dengan suasana lingkungan, dimana ia hidup dan pengalaman terakhir yamng menjadi puncak dari perubahan keyakinan itu. Selanjutnya apa yang terjadi pada hidupnya sesudah itu.
Tiap-tiap konversi agam melalui proses-proses jiwa sebagai berikut:
a.       Masa tenang pertama, masa tenang sebelum mengalami konversi, dimana segala sikap, tingkah laku dan sifat-sifatnya acuh tak acuh menentang agama.
b.      Masa ketidak-tenangan; konflik dan pertentangan batin berkecamuk dalam hatinya, gelisah, putus asa, tegang, panic dan sebagainya, baik disebabkan oleh moralnya, kekecewaan atau oleh apapun juga.
c.       Peristiwa konversi itu sendiri setelah masa goncang itu mencapai puncaknya.
d.      Keadaan tentram dan tenang.
e.       Ekspresi konversi dalam hidup.
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi agama.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya peristiwa konversi agama, antara lain :
a.       Pertentangan batin (konflik jiwa) dan ketegangan perasaan.
b.      Pengaruh hubungan dengan tradisi agama.
c.       Ajakan / seruan dan sugesti.
d.      Faktor-faktor emosi.
e.       Kemauan.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
psikologi perkembangan fase dewasa yaitu salah satu bidang psikolog yang memfokuskan pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan pada fase dewasa.
Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Periode ini secara umum berusia sekitar 18-25 dan berakhir sekitar 35-40 thn.
Usia madya berusia sekitar 35-40 tahun & berakhir sekitar 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai dengan adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental.
Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan apakah pria atau wanita usia lanjut akan melakuan penyesuaian diri secara baik atau buruk.
B.     Saran
Demikianlah makalah yang dapat saya sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi kami penulis. Kritik dan saran sangat saya harapkan demi perbaikan makalah saya. Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT., kekhilafan dan kekurangan milik manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Syamsul , LN.,m.,pd.2002.Pengantar Psikologi. FIP UPI
Dahlan, M. Djawad, 2001. Psikologi Perkembangan anak dan remaja. Rosda
Hidayati, Wiji, M. Ag.2008. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: TERAS
Daradjat, Zakiah.1996.Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang


[1]Dr.H. Syamsu  Yusuf, LN.,m.,pd. Pengantar Psikologi. FIP UPI: 2002. h.1-2
[2]Prof.dr.M. Djawad Dahlan, Psikologi Perkembangan anak dan remaja. Rosda: 2001, h.3-4.
[3]Ibid.hal 5
[4] Dra.Wiji Hidayati, M. Ag. Psikologi Perkembangan. (Yogyakarta: TERAS, 2008)hal. 152-159
[5] Prof.DR. Zakiah Daradjat. Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta: Bulan Bintang, 1996). Hal 136- 164
www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net